Selasa, 17 Maret 2009

Dilema Pemilihan


Pada saat pemilihan umum akan dilaksanakan, sudah menjadi suatu yang lumrah ketika para caleg melakukan aksinya untuk menarik simpati dari calon pemilih। Yang jadi maslah ketika calong legeslatif yang ingin duduk di kursi dewan menghalalkan segala cara, ini merupakan suatu problem yang sangat riskan karena dapat mengotori proses demokrasi yang notabenya baru dalam proses perkembangan. Betapapun upaya caleg melakukan aksinya toh nantinya tergantung dari pemilih untuk menentukan siapa yang mereka pilih, karena jika san pemilih salah memilih pada saat penjeblosan maka kesalahan tersebut berimbas sampai lima tahun kedepan, oleh karena itu kita sebagai pemilih haruslah berhati-hati jangan sampai salah pilih. Semua caleg pasti medeklarasikan dirinya yang terbaik diantara caleg yang lainnya, dengan tawaran program yang menjanjikan bahkan ada yang menawarkan beberapa hadiah (mudah-mudahan bukan money politik ya..). yag lebih parah lagi kalau seorang caleg tegah menjelek-jelekkan caleg lain.
Sebagai seorang pemilih yang bijak tentu sudah punya keyakinan bahwa caleg yang baik adalah yang jujur dan tidak terlalu banyak janji tetapi yang banyak kerja dan karya atau less talk do more, yang lebih pentin lagi yang mempunyai ahklak yang baik kalau bisa dari alumni pesantren atau perguruan tinggi Islam, yang tentunya kalau mereka tergelincir akan cepat kembali ke rell tapi itu juga sebenarnya tergantung dari calegnya juga, kembali lagi tergantung dari san pemilih untuk memilih pilihannya dengan pilihan yang dipilih oleh hati nurani yang dalam.
Saya bukannya mengurui tetapi mengajak earah yang baik mari kita memilih dengan beberapa kereteria caleg berikut ini:
  1. Berahklak mulia
  2. Banyak karya dan kerja bukan banyak janji
  3. Tidak melakukan money politik pada saat kampanye
  4. Masih Mudah dan kreatif
  5. Orangnya merakyat tidak sombong
  6. dan lain-lain