Minggu, 22 Maret 2015

RINGKASAN BUKU FILSAFAT BAHASA DAN PENDIDIKAN (PROF. CHAEDAR ALWASILAH)



FILSAFAT ANALITIK BAHASA


Bahasa dan Filsafat
Kata adalah symbol lisan atau tulisan bagi benda atau konsep yang disebut referent sebagai objek kata. Karena berkomunikasi menggunakan bahasa untuk merujuk pada referent (rujukan), maka symbol symbol itu harus permanen.
Dalam literature linnguistik kita mengenal berbagai fungsi bahasa dengan istilah yang kadang berbeda. Namun, intinya sama bahwa bahasa mendokumentasikan perbedaan diantaranya: Fungsi kognetif; Fungsi emotif; Fungsi imperative dan Fungsi seremonial

Atomisme Logis
Inti aliran idealism adalah bahwa realitas itu terdri atas ide-ide, pikiran-pikran, jiwa atau minda (mind) dan bukannya benda material. Ini kebalikan dari paham materialisme bahwa materi itu adalah real dan minda sebagai fenomena penyerta saja. In bertentangan dengan metode emperisme yang mengandalkan ide-ide bukannya putusan atau judgments atau keterangan-keterangan sebagaimana dinyatakan dalam proposisi-proposisi, yakni pernyataan-pernyataan tentang dunia ini. Pandangan Brandley ini mempengaruhi Russell dengan formulasi logika atomisme, bahwasanya realitas terwujud dalam ungkapan bahasa yang merupakan proposisi-proposisi, bukan atas ide-ide atau isi pikiran kita. Nama-nama besar dalam aliran ini antara lain G.E. Moore (1973-1958) sebagai perintis, Bertrand Russell (1872-1970) sebagai tokoh utama dan Ludwing Wittgenstein (1889-1951). Berikut ini adalah beberapa pemikiran inti dari aliran ini: Logika adalah hal yang paling mendasar dalam filsafat. Logikalah yang harus mewarnai setiap mashab filsafat, bukan metafisik.; Formulasi logika bahasa tidak sama dengan formulasi struktur bahasa.; Hakikat realitas dunia seyogianya dianalisis melalui analisis logis. Agar ilmiah, filsafat mesti mengandalkan analisis logis.; Dunia ini terdiri atas fakta-fakta yang terlukiskan lewat proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi ini merupakan simbol dan bukan merupakan dunia.
Positivisme Logis
            Positivisme logis menggunakan teknis analisis untuk mencapai tujuan, yaitu : (1) menghilankan atau menolak metafisika, dan (2) demi penjelasan bahasa ilmiah dan bukan untuk menganalisis pernyataan-pernyataan fakta ilmiah dan bukan menganlisis pernyataan fakta ilmiah. Tokoh utama positivisme logis adalah Allfred Jules Ayer dengan karyanya paling terkenal Language, Truth and Logic (1939).
            Berikut ini adalah beberapa prinsif verifikasi sebagai elaborasi dari kutipan Malmkjaer, ed. 1991:336: (1) Suatu proposisi dianggap bermakna manakala secara prinsip dapat diverifikasi; (2) Yang mesti dilakukan itu adalah verifikasi bukan menghasilkan suatu pernyataan yang mesti benar.; (3) Setiap penyataan yang secara prinsif tidak dapat diverifikasi pada hakekatnya pernyatan itu tidak bermakna.
Anyer membedakan dua jenis verifikasi, yakni verifikasi keras dan  lunak.
Filsafat Bahasa Biasa
            Ada tiga kritik tajam dari Wittgenstein terhadap filsafat sebagai berikut:
a.         Kekacauan bahasa filsafat timbul karena penggunaan istilah atau ungkapan dalam bahasa filsafat yang tidak sesuai dengan aturan permainan bahasa.
b.        Adanya kecenderungan untuk mencari pengertian yang bersifat umum dengan merangkum pelbagai gejala yang diperkirakan mencerminan sifat keumumannya. Kelemahan ini disebut dengan istilah craving for generality.
c.         Penyamaran atau pengertian terselubung melalui pengajuan istilah yang tidak dapat dipahami misalnya”keberadaan”, “ketidakadaan”, dan lain sebagainya. Intinya dalam berwacana filsafat dan sesungguhnya dalam bahasa sehari-hari pun kita harus menghindari ambiguitas dan penyamaran.
Berdsarkan atas ketiga hal di atas, ia menyatakan dua tugas filsafat, yaitu (1) secara penyebuhan atau therapheutics dengan cara menghilangkan kekacauan yang terjadi dalam bahasa filsafat; (2) secara metodis, yaitu berfilsafat dengan menempuh jalan berikut ini: Meletakkan landasan filsafat pada penggunaan bahasa sehari-hari dengan mengikuti aturan permainan bahasa; Untuk mnegatasi kekacauan itu, kita harus menyusun kembali apa yang telah kita ketahui bukannya dengan melalui keterangan baru; Meletakkan metode analisis bahasa dalam posisi yang netral.
Beberapa Tema Filsafat Bahasa
            Tema berikut ini tidak saja diajukan oleh Wittgenstein juga dari para filosuf lain yang mengajaukan teorinya sekaitan dengan bahasa: Permainan bahasa (language games); Teori gambaran (picture thory); Preposisi dalam struktur logika bahasa; Kekeliruan kategori (category mistakes)
Komentar untuk Bab Fisafat Analitik Bahasa
1.        Ada beberapa fungsi bahasa yang mendukung dokumentasi peradaban manusia yang memiliki istilah yang kadang berbeda namun pda intinya sama bahwa bahasa mendukentasikan peradaban.
2.        Aliran idealism merupakan kebalikan dari paham materialisme dan bertentangan dengan metode empirisme
3.        Bagi aliran neopositivism atau positivism logis beranggapan bahwa pernyataan metafisika tidak menyatakan sesuatu sama sekali alias omong kosong.

MISTERI BAHASA
 (DARI MAKNA KE TEORI)

Meraba Pemikiran Filsafat
            Beberapa ungkapan dari para filsuf terkenal, para pentolan eksistensialisme berikut ini :
1.        Jean-Paul Sartre (1905-1980)
“Man is nothing else but his plan; he exists only to the extent that he fulfills himself; he is therefore nothing else that the ensemble of his acts, nothing else than his life” (Manusia tiada lain adalah rencananya sendiri; ia mengada hanya sejauh iamemenuhi dirinya sendiri; oleh karenanya, ia tiada lain adalah kumpulan tindakannya, tiada lain ialah hidupnya sendiri.)
2.        Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855)
“I felt the stillness of death grew around , when I saw in my father, an unhappy man who was to outlive us all, a cross on the tomb of all his hope. There must be a guilt upon the whole family, the punishment of God must be on it; it was to disappear,  wiped out by the powerful hand of God…” (Aku merasakan kesepian maut tumbuh di sekitar diriku bilamana aku menyaksikan ayahku, seorang yang tak berbahagia dan akan hidup lebih lama dari kami semua, ibarat salib di atas nisan segala harapannya. Niscaya suatu kesaahan telah terjadi tanggungan seluruh keluarga, hukuman Tuhan pasti telah menjadi tanggungan seluruh keluarga, hukuman Tuhan pasti telah dijatuhkan kepadanya; rupanya keluarga kami harus musnah, dihapus dari muka bumi oleh tangan yang perkasa.)
3.        Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900)
“A high civilization is a pyramid; it can stand only upon a broad base; its prerequisite is a strongly and soundly consolidated medio-crity” (Peradaban yang tinggi adalah ibarat piramida; ia hanya bisa bertahan atas suatu landasan yang luas; prasyaratnya ialah hal-hal tanggung yang dikonsolidasikan secara tangguh dan ampuh.)
4.        Nicholas Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948)
“There is a spiritual man, and there is a natural man, and yet the same individual is both spiritual and natural.” (Di satu pihak manusia adalah spiritual, sedangkan di lain pihak ia adalah alamiah, maka dari itu individu itu sekaligus bersifat spiritual dan alamiah.)
5.        Karl Jaspers (1910-1969)
“What is essential in the concrete decision of personal fate remains hidden.” (Apa yang essential dalam keputusan kongkret yang menyangkut nasib pribadi tetap akan tersembunyi.)

Menguasai Bahasa
            Dalam pemakaian sehari-hari, menguasai sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu. Secara lebih seriusdi sini diartikan sebagai kemampuan menggunakan symbol secara bermakna untuk berkomunikasi. Jadi dalam konteks ini penguasaan bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, symbol, makna, dan komunikasi (Phenix; 1964). Berikut adalah rincian keempat unsur itu. (1). Indikator penguasaan bahasa adalah penggunaan dalam berbicara dan menulis. (2). Nurani terdalam yang ada pada manusia adalah keinginan dirinya diakui dan dimegerti oleh anggota masyarakat lain lewat komunikasi dengan bahasa masyarakat itu. (3). Perilaku berbahasa (language behavior) dan masyarakat ujar (speech community) adalah kulit terluar dari bahasa. (4). Makna-isi bahasa itu ditampilkan atau direpresentasi oleh simbol-ekspresi yang juga kulit luar dari bahasa.
Teori Bahasa
            Teori tentang bahasa adalah abstraksi para ahli bahasa sebagai hasil pengamatan terhadap gejala bahasa. Dengan jalan pemikiran ini, ilmu berbahasa tunduk kepada sejumlah asumsi tentang objek emperis (bahasa) sebagai berikut:
1.    Keragaman
Beberapa fenomena memiliki keragaman dalam sifat, struktur, bentuk ddan sebagainya. Keragaman ini menghasilkan klasifikasi yang sangat mendasar bagi ilmu pengetahuan untuk melahirkan taksonomi. Beriikut adalah beberapa contoh universal bahasa:
a.       Urutan Kata S, V, O: dalam kalimat dekralatif dengan subjek objek nomina, urutan yang dominan adalah hampir selalu pola S mendahului O.
b.      Sistaksis: dalam kalimat-kalimat kondisional, klausa kondisional mendahului konklusi sebagai urutan normal dalam hampir segala bahasa.
c.       Morfologi: bila bahasa memiliki infleksi, bahasa itu selalu memiliki derivasi.
2.    Kelestarian Relatif
Struktur bahasa relative lestari sehingga kita dapat mempelajarinya. Sintastiks lebih lestari daripada kosa kata. Struktur lebih dapat diprediksi daripada makna. Karena itu sintaksis lebih objektif dari pada semantik.
3.    Sebab Akibat
Dalam al-qur’an difirmankan, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) sesuatu kaum (masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka. (QS. Al-Raad:11). Diterminisme mengatakan bahwa sebuah phenomena bukanah kejadian asal jadi dengan sendirinya.
Teori Bahasa dan Metode Ilmiah
            Erikson seperti dikutip Hoover (1980) membedakan tiga jenis konsep: factuality, reality dan actuality.
Peran teori
            Yang dimaksud dengan metode seintifik lazinya merujuk pada langkah-langkah sistematik sebagai berikut:
a.    Identifikasi variable yang diteliti.
b.    Pengajuan hipotesis yang menghubungkan suatu variable dengan variable lain.
c.    Mengetes realitas, yakni dengan mengukur hubungan hipotesis dengan hasill yang diperoleh.
d.   Melakukan evaluasi dimana hubungan yang telah terukur itu dibandingkan denhan hipotesis awall, lalu dimuncullkanlah sebuah generalisasi.
e.    Mengajukan saran ihwal makna (signifikansi) teoritis dari temuan, faktor-faktor yang terlibat dengan pengetesan yang mungkin menyebabkan distorasi temuan, dan sejmlah hipotesis lain yang berkembang.
Teori Bahasa
            Teori bahasa layaknya teori ihwal alam juga. Presepsi kita terhadap teori bahwa bumi memliki daya gravitasi seyogianya sama dengan persepsi kita terhadap  teori bahwa kaimat memiliki banyak daya simbolik.
Teori Chomsky
            Berikut ini beberapa ayat teori grammar yang diajukan oleh Chomsky:
1.    Gramatika adalah sebuah metode (deskripsi sistematik) dari segala kemampuan linguistic seorang penutur sejati sebuah bahasa yang memungkinkan dirinya berbicara dan memhami bahasa dengan fasih.
2.    Gramatika bahasa adalah sebuah model dari kompetensi linguistic dari seorang penutur sejati yang fasih.
3.    Linguistik bagi Chomsky adalah terutama berkaitan dengan kompetensi yang terdiri atas dua jenis yaitu Kompetensii pragmatic dan kompetensi gramattikal.
4.    Kompetensi gramatikal memayungi tiga kompetensi yaitu kompetensi sintaktik, semantik dan fonologis.
5.    Dengan intuisi yang dimilikinya, seorang penutur sejati dapat memberikan penilaian (judgment) apakah sebuah ujaran itu gramatikal dalam bahasanya.
6.    Teori linguistic terutama berurusan dengan bahasa penutur-pendengar yang ideal dalam sebuah masyarakat ujuran yang betul-betul homogen.
7.    Kreativitas berbahasa menunjukkan bahwa bahasa tidak sekedar pembelajaran kalimat yang dihasilkan penutur sejati dan mengulanginya seperti burung beo.
8.    Ada tiga aturan atau tungkat kehebatan teori bahasa, yaitu yang memenuhi observational adequacy, descriptive adequacy dan explanatory adequacy.
Komentar untuk Bab Misteri Bahasa (dari Makna ke Tiori)
1.        Dari beberapa ungkapan filosofis dapat di tarik beberapa point penting sebagai berikut: (a). Tulisan itu adalah yang pertama dan bukannya bahasa lisan; (b). Filsafat itu bersifat ambisius dan mereduksi segala persoalan ke dalam suatu system metafora; (c). Ungkapan linguistik bisa dimegerti bila pada dirinnya tidak ada paradoks; (d). Penguasaan bahasa bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, simbol, makna dan komunikasi.
2.        Segala sesuatu dapat berubah kecuali Dzat pencipta termasuk bahasa berubah-ubah dengan tingkatan yang berbeda.
3.        Masalah penguasaan bahasa sesungguhnya masalah tentang makna.

BAHASA DAN REPRESENTASI MAKNA

Sistem Tanda
            Sistem tanda yang lazim dipakai dalam komunikasi, antara lain sebagai berikut: (1) Isyarat (gestures) seperti menunjuk sesuatu untuk menarik perhatian; (2) Kode khusus seperti semaphore, morse dan sebagainya; (3) Tanda tertulis seperti ‘dilarang Parkir’; (4) Warna seperti tiga warna lampu setopan; (5) Suara seperti bunyi sirine tanpa pertandingan golf (tee off) dimulai
Teori Ideasional Ihwal Makna
            The ideational theory of meaning disebut teori terdahulu ihwal makna dan semula dikembangkan oleh John Locke (1633-1704). Berikut ini adalah beberapa konsep dasar dari teori ini.
a.         Makna itu ditempelkan saja pada kepada kita (terpisah ari kata).
b.        Yang mendasari teori ini adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk melaporkan pikiran yang terdiri atas antrian gagasan yang disadari.
c.         Teori ini tidak dapat menjelaskan bagaimana menemukan gagasan yang “sesuai”
d.        Teori ini berasumsi bahwa makna Dalam bentuk pikiran dalam minda hadir mendahului ekspresi linguistiknya.
e.         Gagasan Wittgenstein dalam Philosophical Investigation (1953). Baginya kata adalah sensible signs, yakni tanda-tanda yang membawa makna.
f.         Bahasa yang bersifat personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi personal makna dari itu disebut privat language.

Makna dan Rujukan
       Berikut ini beberapa perbincangan tentang teori Primitive refrence:
a.         Kata  memiliki makna karena mereka sebagai symbol bagi sesuatu di luar dirinya.
b.         Nama dan deskripsinya akan berwujud objek, sementara verb, ajektiv, adverbial dan preposisi menunjukkan sifat-sifat (properties) dari hubungan objek itu.
c.         Kritik: teori primitive tidak dapat menjelaskan penomena extension atau perluasan dari term umum seperti house misalnya yang dapat merujuk kepada satu kelas objek secara umum (any house). Bukan itu saja rumah tertentu saja, seperti dalam frase the house I live.
d.        Untuk menjelaskan kesulitan di atas para ahli semantik mencoba membedakan kata to refer dari to denote yakni merujuk pada dan bermakna.
e.         Sebuah nama (kata, tamda, kombinasi tanda, dan ekspresi) menyatakan sense tersendiri dan merujuk pada rujukannnya (referent).
f.         Untuk menjeaskan konsep-konsep di atas kita perlu merujuk pada ontology, yakni bagian dari filsafat yang mempelajari hakikat realita.
Fenomenologi Bahasa
            Untuk kepentingan kajian filsafat bahasa, Searle (1969) memakai tiga istilah sebagai alat dekskripsinya, yaitu linguistic, characterization, linguistic explanation dan verification of  linguistic characterization.
            Verifikasi adalah mencari tahu apakh sesuatu itu benar atau salah. Verifikasi diperlukan sebagai panduan untuk mencari makna dan kebenaran. Langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam veivikasi adalah sebagai berikut: (1) Temukan makna pernyataan; (2) Cari bukti-bukti apakah pernyataan itu berdasarkan bukti-bukti yang di terima; (3) Pertimbangkan kembali bukti-bukti itu, lalu buatlah keputusan.
            Selanjutnya dalam bagian ini akan dibahas sekilas tiga rana semantic, yaitu makna sense, refrence, dan truth.
1.        Makna (sense), makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: Speakaer-sense dan linguistic-sense
2.        Rujukan (reference), paralel dengan bahasan sense di atas, refrence pun terbagi dua : speaker-reference dan linguistic reference.
3.        Kebenaran (Truth), Kajian kebenaran atau kondisi kebenaran (truth condition) dalam semantic terbagi atas dua kategori yaitu: (1) studi kebenaran yang terkandung di dalam sebuah kalimat, yakni analytic, contradictory, dan synthetic, dan (2) studi jenis-jenis kebenaran dalam kaitannya dengan sebuah kalimat, yakni entailment dan presupposition (to presuppose= Imengasumsikan dulu sesuatu benar menjadikan , menjadikan sesuatu sebagai syarat).
Pertuturan (speech acts)
            Bagi Austin, kita tidak sekedar menggunakan bahasa untuk mengatakan e statement), tetapi untuk melakukan sesuatu (to perform action). Keyakinan inilah yang kemudian berujung pada teorinya yang dikenal illocutionary acts.
Kekuatan itu sendiri dapat berupa perjanjian, saran, dugaan, vonis, perintah, ancama, penyataan, pujian (memberi kompleman), cacian, dan lain sebagaianya yang diniati si penutur. Niat itu ada dalam hati, namun lewat ungkapan lokusi dan suasana sekeliling, penanggap tutur dapat menerkah kekuatan ilokusi, yakni tindakan bahasa dalam mengatakan sesuatu (in saying). Kenudian ujuran itu berujung pada efek perlokusi (perlocutionary effect). Efek perlokusi tidak harus tanpak seperti berwujud tangisan atau jatuh pinsang, tapi bisa juga berupa efek  phisologis pada penutur, misalnya setuju, makin setuju, menolak, menagis, kepastian, keimanan yang semakin kuat, atau mungking meledakkan bom bunuh diri. Austin menyebutkan tindak perlokusi anatara lain sebagai berikut: meyakinkan, menipu, manakuti, membujuk, merayu, mengarahkan, dan ungkapan sejenisnya.
Maksim Percakapan (conversational maxims)
            Agar percakapan kita baik, ada empat maksim yang terkena dengan grice’s maksim, yaitu dalam bahasa saya di ringkas menjadi QUQUREMA, singkatan dari Quantity, Qualiti, relevance, dan manner.
Komentar untuk Bab Bahasa dan Representasi Makna
1.        Filsafat bahasa berhubungan dengan penggunaan bahasa biasa, yakni bahasa satandar atau bahasa baku, bukan bahasa pergaulan atau bahasa prokem anak-anak muda sekarang ini karena filsafat berupaya mencari kebenaran dengan berfikir radikal dengan perantara bahasa yang kumunikatif dan dipahami bersama bukan oleh sekolompok kecil dari pengguna bahasa.
2.        Suatau kata akan bermakna ketika rujukannya atau keadaan yang digambarkan oleh kata itu, sesuai dengan pemikiran Russell dengan teori primitive reference.
3.        Manusia memiiki sejumlah gagasan yang tersembunyi dan akan terlihat ketika dikomunikasikan (ditempelkan) lewat bahasa.
4.        Ada beberapa hal saling berhubungan dalam ranah semantic yakni: (a) Makna (sense); (b) Rujukan (refrence); (c) Kebenaran (truth); (d) Pertuturan (Speech acts); (e) Maksim percakapan (conversation maxims).
BAHASA PENDIDIKAN RELATIVITAS BAHASA

Proposisi (Propositions)
            Proposisi berasal dari kata pro + posisi, Yakni  pro atau setuju pada posisi tertentu. Berikut ini ada beberapa definisi proposisi :
1.    A preposition is something put up for consideration-proposed as being the case-whether in speech, in thought, by implication, or as part of a body of theory (Beck 1974: 216)
2.    …. An expression is language or sign of something that can be belived, doubted, or denied or is either true or false (Webster’s new Collegiate Dic. 1981: 917).
Berdasarkan difinisi di  atas, dapatlah dikatan sebagai berikut:
1.    Tidak semua proposisi adalah perturan atau speech act, beberapa preposisi adalah thought act.
2.    Baik proposisi maupun pernyataan (statement) sama-sama berurusan dengan kasus, eksistensi atau non-eksistensi sesuatu hal atau urusan-urusan factual.
3.    Proposisi itu merujuk pada suatu keadaan, duduk perkara atau state of affairs yang diajukan atau proposed, diajukan (advised), disarankan, dipostulatkan, untuk kepentingan inkuiri atau argumentasi.
Pernyataan (Statements)
            Karakteristik sebuah pernyataan (statement)I, yaitu: (1). Merujuk pada sebuah uajaran atau speech acts, bukannya thought acts, (2). Berkaitan dengan urusan factual, (3). Ada klaim ihwal sesuatu-tidak lagi diajukan atau proposed- Yang meman demikian adanya. Pernyataan bukanlah sembarang dorongan kata, tetapi ada aturan yang lazim diikuti, yaitu terdiri atas tiga jenis kata, yaitu kata yang merujuk pada suatu entitas, kata yang merujuk pada fitur-fitur entitas itu dan kata yang menunjukkan bagaimana kata-kata dalam kalimat berkaitan dengan kalimat lainnya.
            Valuae judgment adalah juga speech acts, yang dideskripsi (said, stated, uttered). Sementara penilaian tidak memerlukan kata-kata, statement memerlukan pikiran, agar pernyataan tidak sekedar verbalisasi.
Resep (Prescriptions)
            Pernyataan dan proposisi menawarkan konteks yang lebih luas, sedangkan resep memberikan arah tindakan. Pernyataan lebih berdasarkan pengetahuan ihwal fakta-fakta, sedangkan resep lebih berdasarkan pengetahuan praktis yang diperoleh lewat pengalaman yang telah teruji emperis.
Prinsip dan Aturan (Principles and Rules)
            Prinsip merujuk pada proposisi atau pernyataan yang umum. Perbedaan antara prinsip dan aturan tidak hitam-putih, namun pada umumnya prinsip lebih umum daripada aturan, dan aturan seringkali diberlakukan secara external (dari luar). Misalnya begitu masuk pegawai negeri, kita diwajibkan menaati berbagai aturan. Dan aturan-aturan itu dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Slogan (Slogans)
            Slogan memberikan dampak psikologis bagi para pemangku peran (stokeholder) pendidikan, teristimewa lagi dalam bidang politik (pendidikan). Slogan mempengaruhi emosi, aksi, pikiran dan semuanya. Slogan dapat bersifat indikatif seperti “Mendidik masyarakat dan memasyarakatkan pendidikan”, atau bersifat impiratif seperti “pokoknya ajari mereka menulis”.
Difinisi (Definitions)
            Definisi bisa berfokus pada aspek linguistic, aspek substansi, atau keduanya. Dalam dua pendidikan, jarang sekali para ahli memberi definisi dengan focus pada aspek linguistic.
Realtivitas Bahasa
            Bahasa itu memiliki kuasa! Bahwasanya cara pandang dan cara pikir manuasia ihwal sesuatu sejauh tertentu dibentuk oleh bahasa. Pokoknya berfikir adalah bahasa. Dalam wacana relativitas bahasa isu yang sering dilontarkan seringkali kental dengan frase-frase seperti: dipengaruhi oleh bahasa, bahasa memaksanya untuk, terkendala oleh bahasa, tidak salig memahami dan sebagainya. Pertanyaannya adalah apakah ketimpangan ini akibat dari kosa kata yang tidak seimbang antara dua bahasa? atau karena persoalan di luar kosa kata, misalnya sintaksis? ada kesan bahwa relativitas bahasa ini lebih terkait dengan sintaksis daripada kosa kata.
Kuasa Kosa Kata
            Konsep (kosa kata) yang ada membantu kita saat memikirkan sesuatu, tetapi tidak dapat membantu bagaimana konsep tadi dielaborasi. Orang eskimo memiliki yang kehidupannya banyak terkait dengan salju sehingga memiliki banyak kosa kata tentang itu, sementara Bahasa Inggris hanya memiliki konsep ice dan  snow. Perlu juga dipertimbangkan lingkungan budaya dari orang eskimo, Orang eskimo bisa lebih lincah dan detil saat membicarakan lingkungan hidupnya yang terkait dengan salju.
Sosiologistik sebagai Teori Menerjemahkan
            Teori terjemahan mempunyai beberapa peran, antara lain: (1) menentukan metode penerjemah yang cocok untuk mengayomi berbagai kategori teks untuk diterjemahkan, (2) menyajikan kerangka dalil-dalil, aturan-aturan, dan petunjuk-petunjuk praktis untuk menerjemahkan berbagai teks dan untuk membuat kritik terjemahan, (3) menawarkan sejumlah pilihan dan keputusan untuk diambil sewaktu menerjemahkan, dan (4) ….. berupaya menjelaskan hubungan antara pikiran, makna dan bahasa; aspek-aspek bahasa dan tingkah laku yang universal, kultur dan individual, pemahaman budaya ; interpretasi teks yang mungkin terjelaskan dan bahkan terlengkapi melalui terjemahan.
Komentar untuk Bab Bahasa Pendidikan Relativitas Bahasa
1.        Perbedaan mendasar antara proposisi dan pernyataan yaitu kalau proposisi merujuk pada suatu keadaan, duduk perkara untuk kepentingan inkuire atau argrmrntasi, sementara itu pernyataan adalah sebuah klaim ihwal suatu yang demikian adanya
2.        Prinsip lebih umum daripada aturan dan aturan biasanya diberlakukan secara external (dari luar).
3.        Semua proses berfikir dilakukan dengan bahasa, semua bahasa membentuk pandangan atas realitas dari penutarnya dan pandangan atas realitas yang dibentuk oleh bahasa itu berbeda-beda.
4.        Menerjemahkan cenderung mengabaikan kemampuan menulis dalam bahasa pada hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan menerjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya disini