FILSAFAT ANALITIK BAHASA
Bahasa dan Filsafat
Kata
adalah symbol lisan atau tulisan bagi benda atau konsep yang disebut referent
sebagai objek kata. Karena berkomunikasi menggunakan bahasa untuk merujuk pada
referent (rujukan), maka symbol symbol itu harus permanen.
Dalam
literature linnguistik kita mengenal berbagai fungsi bahasa dengan istilah yang
kadang berbeda. Namun, intinya sama bahwa bahasa mendokumentasikan perbedaan
diantaranya: Fungsi kognetif; Fungsi emotif; Fungsi imperative dan Fungsi
seremonial
Inti
aliran idealism adalah bahwa realitas itu terdri atas ide-ide, pikiran-pikran,
jiwa atau minda (mind) dan bukannya benda material. Ini kebalikan dari paham
materialisme bahwa materi itu adalah real dan minda sebagai fenomena penyerta
saja. In bertentangan dengan metode emperisme yang mengandalkan ide-ide
bukannya putusan atau judgments atau keterangan-keterangan sebagaimana
dinyatakan dalam proposisi-proposisi, yakni pernyataan-pernyataan tentang dunia
ini. Pandangan Brandley ini mempengaruhi Russell dengan formulasi logika
atomisme, bahwasanya realitas terwujud dalam ungkapan bahasa yang merupakan
proposisi-proposisi, bukan atas ide-ide atau isi pikiran kita. Nama-nama besar
dalam aliran ini antara lain G.E. Moore (1973-1958) sebagai perintis, Bertrand
Russell (1872-1970) sebagai tokoh utama dan Ludwing Wittgenstein (1889-1951).
Berikut ini adalah beberapa pemikiran inti dari aliran ini: Logika adalah hal
yang paling mendasar dalam filsafat. Logikalah yang harus mewarnai setiap
mashab filsafat, bukan metafisik.; Formulasi logika bahasa tidak sama dengan
formulasi struktur bahasa.; Hakikat realitas dunia seyogianya dianalisis
melalui analisis logis. Agar ilmiah, filsafat mesti mengandalkan analisis
logis.; Dunia ini terdiri atas fakta-fakta yang terlukiskan lewat
proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi ini merupakan simbol dan bukan
merupakan dunia.
Positivisme Logis
Positivisme logis menggunakan teknis analisis untuk
mencapai tujuan, yaitu : (1) menghilankan atau menolak metafisika, dan (2)
demi penjelasan bahasa ilmiah dan bukan untuk menganalisis
pernyataan-pernyataan fakta ilmiah dan bukan menganlisis pernyataan fakta
ilmiah. Tokoh utama positivisme logis adalah Allfred Jules Ayer dengan karyanya
paling terkenal Language, Truth and Logic (1939).
Berikut ini adalah beberapa prinsif verifikasi sebagai
elaborasi dari kutipan Malmkjaer, ed. 1991:336: (1) Suatu proposisi dianggap
bermakna manakala secara prinsip dapat diverifikasi; (2) Yang mesti
dilakukan itu adalah verifikasi bukan menghasilkan suatu pernyataan yang mesti
benar.; (3) Setiap penyataan yang secara prinsif tidak dapat diverifikasi pada
hakekatnya pernyatan itu tidak bermakna.
Anyer
membedakan dua jenis verifikasi, yakni verifikasi keras dan lunak.
Filsafat Bahasa Biasa
Ada tiga kritik tajam dari Wittgenstein terhadap filsafat
sebagai berikut:
a.
Kekacauan bahasa filsafat
timbul karena penggunaan istilah atau ungkapan dalam bahasa filsafat yang tidak
sesuai dengan aturan permainan bahasa.
b.
Adanya kecenderungan untuk
mencari pengertian yang bersifat umum dengan merangkum pelbagai gejala yang
diperkirakan mencerminan sifat keumumannya. Kelemahan ini disebut dengan
istilah craving for generality.
c.
Penyamaran atau pengertian
terselubung melalui pengajuan istilah yang tidak dapat dipahami misalnya”keberadaan”,
“ketidakadaan”, dan lain sebagainya. Intinya dalam berwacana filsafat dan
sesungguhnya dalam bahasa sehari-hari pun kita harus menghindari ambiguitas dan
penyamaran.
Berdsarkan atas ketiga hal di atas,
ia menyatakan dua tugas filsafat, yaitu (1) secara penyebuhan atau therapheutics
dengan cara menghilangkan kekacauan yang terjadi dalam bahasa filsafat; (2)
secara metodis, yaitu berfilsafat dengan menempuh jalan berikut ini: Meletakkan
landasan filsafat pada penggunaan bahasa sehari-hari dengan mengikuti aturan
permainan bahasa; Untuk mnegatasi kekacauan itu, kita harus menyusun kembali
apa yang telah kita ketahui bukannya dengan melalui keterangan baru; Meletakkan
metode analisis bahasa dalam posisi yang netral.
Beberapa
Tema Filsafat Bahasa
Tema berikut ini tidak saja diajukan
oleh Wittgenstein juga dari para filosuf lain yang mengajaukan teorinya
sekaitan dengan bahasa: Permainan bahasa (language games); Teori gambaran
(picture thory); Preposisi dalam struktur logika bahasa; Kekeliruan kategori
(category mistakes)
Komentar
untuk Bab Fisafat Analitik Bahasa
1.
Ada beberapa fungsi bahasa
yang mendukung dokumentasi peradaban manusia yang memiliki istilah yang kadang
berbeda namun pda intinya sama bahwa bahasa mendukentasikan peradaban.
2.
Aliran idealism merupakan
kebalikan dari paham materialisme dan bertentangan dengan metode empirisme
3.
Bagi aliran neopositivism
atau positivism logis beranggapan bahwa pernyataan metafisika tidak menyatakan
sesuatu sama sekali alias omong kosong.
MISTERI BAHASA
(DARI MAKNA KE TEORI)
Meraba
Pemikiran Filsafat
Beberapa
ungkapan dari para filsuf terkenal, para pentolan eksistensialisme berikut
ini :
1.
Jean-Paul Sartre (1905-1980)
“Man is nothing else but his plan; he exists only to the extent that
he fulfills himself; he is therefore nothing else that the ensemble of his
acts, nothing else than his life” (Manusia tiada lain adalah rencananya
sendiri; ia mengada hanya sejauh iamemenuhi dirinya sendiri; oleh karenanya, ia
tiada lain adalah kumpulan tindakannya, tiada lain ialah hidupnya sendiri.)
2.
Soren Aabye Kierkegaard
(1813-1855)
“I felt the stillness of death grew around , when I saw in my
father, an unhappy man who was to outlive us all, a cross on the tomb of all
his hope. There must be a guilt upon the whole family, the punishment of God
must be on it; it was to disappear,
wiped out by the powerful hand of God…” (Aku merasakan kesepian maut
tumbuh di sekitar diriku bilamana aku menyaksikan ayahku, seorang yang tak
berbahagia dan akan hidup lebih lama dari kami semua, ibarat salib di atas
nisan segala harapannya. Niscaya suatu kesaahan telah terjadi tanggungan
seluruh keluarga, hukuman Tuhan pasti telah menjadi tanggungan seluruh
keluarga, hukuman Tuhan pasti telah dijatuhkan kepadanya; rupanya keluarga kami
harus musnah, dihapus dari muka bumi oleh tangan yang perkasa.)
3.
Friedrich Wilhelm Nietzsche
(1844-1900)
“A high civilization is a pyramid; it can stand only upon a broad
base; its prerequisite is a strongly and soundly consolidated medio-crity” (Peradaban
yang tinggi adalah ibarat piramida; ia hanya bisa bertahan atas suatu landasan
yang luas; prasyaratnya ialah hal-hal tanggung yang dikonsolidasikan secara
tangguh dan ampuh.)
4.
Nicholas Alexandrovitch
Berdyaev (1874-1948)
“There is a spiritual man, and there is a natural man, and yet the
same individual is both spiritual and natural.” (Di satu pihak manusia
adalah spiritual, sedangkan di lain pihak ia adalah alamiah, maka dari itu
individu itu sekaligus bersifat spiritual dan alamiah.)
5.
Karl Jaspers (1910-1969)
“What is essential in the concrete decision of personal fate remains
hidden.” (Apa yang essential dalam keputusan kongkret yang menyangkut nasib
pribadi tetap akan tersembunyi.)
Menguasai
Bahasa
Dalam pemakaian sehari-hari,
menguasai sering diartikan sebagai mampu berbicara dalam bahasa itu. Secara
lebih seriusdi sini diartikan sebagai kemampuan menggunakan symbol secara
bermakna untuk berkomunikasi. Jadi dalam konteks ini penguasaan bahasa
bergantung pada empat kata kunci: penggunaan, symbol, makna, dan komunikasi
(Phenix; 1964). Berikut adalah rincian keempat unsur itu. (1). Indikator
penguasaan bahasa adalah penggunaan dalam berbicara dan menulis. (2). Nurani
terdalam yang ada pada manusia adalah keinginan dirinya diakui dan dimegerti
oleh anggota masyarakat lain lewat komunikasi dengan bahasa masyarakat itu.
(3). Perilaku berbahasa (language behavior) dan masyarakat ujar (speech
community) adalah kulit terluar dari bahasa. (4). Makna-isi bahasa itu
ditampilkan atau direpresentasi oleh simbol-ekspresi yang juga kulit luar dari
bahasa.
Teori
Bahasa
Teori tentang bahasa adalah
abstraksi para ahli bahasa sebagai hasil pengamatan terhadap gejala bahasa.
Dengan jalan pemikiran ini, ilmu berbahasa tunduk kepada sejumlah asumsi
tentang objek emperis (bahasa) sebagai berikut:
1. Keragaman
Beberapa fenomena memiliki keragaman dalam sifat, struktur, bentuk ddan
sebagainya. Keragaman ini menghasilkan klasifikasi yang sangat mendasar bagi
ilmu pengetahuan untuk melahirkan taksonomi. Beriikut adalah beberapa contoh
universal bahasa:
a. Urutan Kata S, V, O: dalam kalimat dekralatif dengan subjek
objek nomina, urutan yang dominan adalah hampir selalu pola S mendahului O.
b. Sistaksis: dalam kalimat-kalimat kondisional, klausa kondisional
mendahului konklusi sebagai urutan normal dalam hampir segala bahasa.
c.
Morfologi: bila bahasa memiliki infleksi, bahasa
itu selalu memiliki derivasi.
2. Kelestarian Relatif
Struktur bahasa relative lestari sehingga kita dapat mempelajarinya. Sintastiks
lebih lestari daripada kosa kata. Struktur lebih dapat diprediksi daripada
makna. Karena itu sintaksis lebih objektif dari pada semantik.
3. Sebab Akibat
Dalam al-qur’an difirmankan, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
apa yang terdapat pada (keadaan) sesuatu kaum (masyarakat), sehingga mereka
mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka. (QS. Al-Raad:11).
Diterminisme mengatakan bahwa sebuah phenomena bukanah kejadian asal jadi
dengan sendirinya.
Teori
Bahasa dan Metode Ilmiah
Erikson seperti dikutip Hoover
(1980) membedakan tiga jenis konsep: factuality, reality dan actuality.
Peran
teori
Yang dimaksud dengan metode
seintifik lazinya merujuk pada langkah-langkah sistematik sebagai berikut:
a. Identifikasi variable yang diteliti.
b. Pengajuan hipotesis yang menghubungkan suatu variable dengan
variable lain.
c. Mengetes realitas, yakni dengan mengukur hubungan hipotesis
dengan hasill yang diperoleh.
d. Melakukan evaluasi dimana hubungan yang telah terukur itu
dibandingkan denhan hipotesis awall, lalu dimuncullkanlah sebuah generalisasi.
e. Mengajukan saran ihwal makna (signifikansi) teoritis dari
temuan, faktor-faktor yang terlibat dengan pengetesan yang mungkin menyebabkan
distorasi temuan, dan sejmlah hipotesis lain yang berkembang.
Teori
Bahasa
Teori bahasa layaknya teori ihwal alam
juga. Presepsi kita terhadap teori bahwa bumi memliki daya gravitasi seyogianya
sama dengan persepsi kita terhadap teori
bahwa kaimat memiliki banyak daya simbolik.
Teori
Chomsky
Berikut ini beberapa ayat teori
grammar yang diajukan oleh Chomsky:
1. Gramatika adalah sebuah metode (deskripsi sistematik) dari segala
kemampuan linguistic seorang penutur sejati sebuah bahasa yang memungkinkan
dirinya berbicara dan memhami bahasa dengan fasih.
2. Gramatika bahasa adalah sebuah model dari kompetensi linguistic
dari seorang penutur sejati yang fasih.
3. Linguistik bagi Chomsky adalah terutama berkaitan dengan kompetensi
yang terdiri atas dua jenis yaitu Kompetensii pragmatic dan kompetensi
gramattikal.
4. Kompetensi gramatikal memayungi tiga kompetensi yaitu kompetensi
sintaktik, semantik dan fonologis.
5. Dengan intuisi yang dimilikinya, seorang penutur sejati dapat
memberikan penilaian (judgment) apakah sebuah ujaran itu gramatikal dalam
bahasanya.
6. Teori linguistic terutama berurusan dengan bahasa
penutur-pendengar yang ideal dalam sebuah masyarakat ujuran yang betul-betul
homogen.
7. Kreativitas berbahasa menunjukkan bahwa bahasa tidak sekedar
pembelajaran kalimat yang dihasilkan penutur sejati dan mengulanginya seperti
burung beo.
8. Ada tiga aturan atau tungkat kehebatan teori bahasa, yaitu yang
memenuhi observational adequacy, descriptive adequacy dan explanatory adequacy.
Komentar
untuk Bab Misteri Bahasa (dari Makna ke Tiori)
1.
Dari beberapa ungkapan
filosofis dapat di tarik beberapa point penting sebagai berikut: (a). Tulisan
itu adalah yang pertama dan bukannya bahasa lisan; (b). Filsafat itu bersifat
ambisius dan mereduksi segala persoalan ke dalam suatu system metafora; (c). Ungkapan linguistik bisa dimegerti bila pada
dirinnya tidak ada paradoks; (d). Penguasaan bahasa bergantung pada empat kata
kunci: penggunaan, simbol, makna dan komunikasi.
2.
Segala sesuatu dapat berubah kecuali Dzat pencipta
termasuk bahasa berubah-ubah dengan tingkatan yang berbeda.
3.
Masalah penguasaan bahasa
sesungguhnya masalah tentang makna.
BAHASA DAN
REPRESENTASI MAKNA
Sistem
Tanda
Sistem tanda yang lazim dipakai
dalam komunikasi, antara lain sebagai berikut: (1) Isyarat (gestures) seperti
menunjuk sesuatu untuk menarik perhatian; (2) Kode khusus seperti semaphore,
morse dan sebagainya; (3) Tanda tertulis seperti ‘dilarang Parkir’; (4) Warna
seperti tiga warna lampu setopan; (5) Suara seperti bunyi sirine tanpa
pertandingan golf (tee off) dimulai
Teori
Ideasional Ihwal Makna
The ideational theory of meaning
disebut teori terdahulu ihwal makna dan semula dikembangkan oleh John Locke
(1633-1704). Berikut ini adalah beberapa konsep dasar dari teori ini.
a.
Makna itu ditempelkan saja
pada kepada kita (terpisah ari kata).
b.
Yang mendasari teori ini
adalah asumsi bahwa bahasa adalah instrumen untuk melaporkan pikiran yang
terdiri atas antrian gagasan yang disadari.
c.
Teori ini tidak dapat menjelaskan
bagaimana menemukan gagasan yang “sesuai”
d.
Teori ini berasumsi bahwa
makna Dalam bentuk pikiran dalam minda hadir mendahului ekspresi linguistiknya.
e.
Gagasan Wittgenstein dalam Philosophical
Investigation (1953). Baginya kata adalah sensible signs, yakni tanda-tanda
yang membawa makna.
f.
Bahasa yang bersifat
personal itu memiliki makna setelah dihubungkan dengan sensasi personal makna
dari itu disebut privat language.
Makna
dan Rujukan
Berikut ini beberapa perbincangan
tentang teori Primitive refrence:
a.
Kata memiliki makna karena mereka sebagai symbol
bagi sesuatu di luar dirinya.
b.
Nama dan deskripsinya akan berwujud objek,
sementara verb, ajektiv, adverbial dan preposisi menunjukkan sifat-sifat (properties)
dari hubungan objek itu.
c.
Kritik: teori primitive
tidak dapat menjelaskan penomena extension atau perluasan dari term umum
seperti house misalnya yang dapat merujuk kepada satu kelas objek secara umum
(any house). Bukan itu saja rumah tertentu saja, seperti dalam frase the
house I live.
d.
Untuk menjelaskan kesulitan
di atas para ahli semantik mencoba membedakan kata to refer dari to
denote yakni merujuk pada dan bermakna.
e.
Sebuah nama (kata, tamda,
kombinasi tanda, dan ekspresi) menyatakan sense tersendiri dan merujuk
pada rujukannnya (referent).
f.
Untuk menjeaskan
konsep-konsep di atas kita perlu merujuk pada ontology, yakni bagian dari
filsafat yang mempelajari hakikat realita.
Fenomenologi
Bahasa
Untuk kepentingan kajian
filsafat bahasa, Searle (1969) memakai tiga istilah sebagai alat dekskripsinya,
yaitu linguistic, characterization, linguistic explanation dan verification of linguistic characterization.
Verifikasi adalah mencari tahu apakh sesuatu itu benar atau salah.
Verifikasi diperlukan sebagai panduan untuk mencari makna dan kebenaran. Langkah-langkah
yang lazim ditempuh dalam veivikasi adalah sebagai berikut: (1) Temukan makna
pernyataan; (2) Cari bukti-bukti apakah pernyataan itu berdasarkan bukti-bukti
yang di terima; (3) Pertimbangkan kembali bukti-bukti itu, lalu buatlah
keputusan.
Selanjutnya
dalam bagian ini akan dibahas sekilas tiga rana semantic, yaitu makna sense,
refrence, dan truth.
1.
Makna (sense), makna
terbagi ke dalam dua kelompok besar: Speakaer-sense dan linguistic-sense
2.
Rujukan (reference),
paralel dengan bahasan sense di atas, refrence pun terbagi dua :
speaker-reference dan linguistic reference.
3.
Kebenaran (Truth), Kajian
kebenaran atau kondisi kebenaran (truth condition) dalam semantic
terbagi atas dua kategori yaitu: (1) studi kebenaran yang terkandung di dalam
sebuah kalimat, yakni analytic, contradictory, dan synthetic, dan (2) studi
jenis-jenis kebenaran dalam kaitannya dengan sebuah kalimat, yakni entailment
dan presupposition (to presuppose= Imengasumsikan dulu sesuatu benar
menjadikan , menjadikan sesuatu sebagai syarat).
Pertuturan
(speech acts)
Bagi Austin, kita tidak sekedar
menggunakan bahasa untuk mengatakan e statement), tetapi untuk melakukan
sesuatu (to perform action). Keyakinan inilah yang kemudian berujung
pada teorinya yang dikenal illocutionary acts.
Kekuatan itu sendiri dapat berupa perjanjian, saran,
dugaan, vonis, perintah, ancama, penyataan, pujian (memberi kompleman), cacian,
dan lain sebagaianya yang diniati si penutur. Niat itu ada dalam hati, namun
lewat ungkapan lokusi dan suasana sekeliling, penanggap tutur dapat menerkah
kekuatan ilokusi, yakni tindakan bahasa dalam mengatakan sesuatu (in saying).
Kenudian ujuran itu berujung pada efek perlokusi (perlocutionary effect).
Efek perlokusi tidak harus tanpak seperti berwujud tangisan atau jatuh pinsang,
tapi bisa juga berupa efek phisologis
pada penutur, misalnya setuju, makin setuju, menolak, menagis, kepastian,
keimanan yang semakin kuat, atau mungking meledakkan bom bunuh diri. Austin
menyebutkan tindak perlokusi anatara lain sebagai berikut: meyakinkan, menipu,
manakuti, membujuk, merayu, mengarahkan, dan ungkapan sejenisnya.
Maksim
Percakapan (conversational maxims)
Agar percakapan kita baik, ada
empat maksim yang terkena dengan grice’s maksim, yaitu dalam bahasa saya di
ringkas menjadi QUQUREMA, singkatan dari Quantity, Qualiti, relevance, dan
manner.
Komentar
untuk Bab Bahasa dan Representasi Makna
1.
Filsafat bahasa berhubungan
dengan penggunaan bahasa biasa, yakni bahasa satandar atau bahasa baku, bukan
bahasa pergaulan atau bahasa prokem anak-anak muda sekarang ini karena filsafat
berupaya mencari kebenaran dengan berfikir radikal dengan perantara bahasa yang
kumunikatif dan dipahami bersama bukan oleh sekolompok kecil dari pengguna
bahasa.
2.
Suatau kata akan bermakna
ketika rujukannya atau keadaan yang digambarkan oleh kata itu, sesuai dengan
pemikiran Russell dengan teori primitive reference.
3.
Manusia memiiki sejumlah
gagasan yang tersembunyi dan akan terlihat ketika dikomunikasikan (ditempelkan)
lewat bahasa.
4.
Ada beberapa hal saling berhubungan
dalam ranah semantic yakni: (a) Makna (sense); (b) Rujukan (refrence); (c)
Kebenaran (truth); (d) Pertuturan (Speech acts); (e) Maksim percakapan
(conversation maxims).
BAHASA PENDIDIKAN RELATIVITAS BAHASA
Proposisi (Propositions)
Proposisi berasal dari kata pro + posisi,
Yakni pro atau setuju pada posisi tertentu.
Berikut ini ada beberapa definisi proposisi :
1. A preposition is something put up for consideration-proposed
as being the case-whether in speech, in thought, by implication, or as part of
a body of theory (Beck 1974: 216)
2. …. An expression is language or sign of something that can be
belived, doubted, or denied or is either true or false (Webster’s new Collegiate
Dic. 1981: 917).
Berdasarkan difinisi di atas,
dapatlah dikatan sebagai berikut:
1.
Tidak semua proposisi
adalah perturan atau speech act, beberapa preposisi adalah thought
act.
2.
Baik proposisi maupun
pernyataan (statement) sama-sama berurusan dengan kasus, eksistensi atau
non-eksistensi sesuatu hal atau urusan-urusan factual.
3.
Proposisi itu merujuk pada
suatu keadaan, duduk perkara atau state of affairs yang diajukan atau proposed,
diajukan (advised), disarankan, dipostulatkan, untuk kepentingan
inkuiri atau argumentasi.
Pernyataan (Statements)
Karakteristik sebuah pernyataan (statement)I, yaitu:
(1). Merujuk pada sebuah uajaran atau speech acts, bukannya thought
acts, (2). Berkaitan dengan urusan factual, (3). Ada klaim ihwal
sesuatu-tidak lagi diajukan atau proposed- Yang meman demikian adanya.
Pernyataan bukanlah sembarang dorongan kata, tetapi ada aturan yang lazim
diikuti, yaitu terdiri atas tiga jenis kata, yaitu kata yang merujuk pada suatu
entitas, kata yang merujuk pada fitur-fitur entitas itu dan kata yang
menunjukkan bagaimana kata-kata dalam kalimat berkaitan dengan kalimat lainnya.
Valuae judgment adalah juga speech acts, yang dideskripsi
(said, stated, uttered). Sementara penilaian tidak memerlukan kata-kata,
statement memerlukan pikiran, agar pernyataan tidak sekedar verbalisasi.
Resep (Prescriptions)
Pernyataan dan proposisi menawarkan konteks yang lebih
luas, sedangkan resep memberikan arah tindakan. Pernyataan lebih berdasarkan
pengetahuan ihwal fakta-fakta, sedangkan resep lebih berdasarkan pengetahuan
praktis yang diperoleh lewat pengalaman yang telah teruji emperis.
Prinsip dan Aturan (Principles
and Rules)
Prinsip merujuk pada proposisi atau pernyataan yang umum. Perbedaan antara
prinsip dan aturan tidak hitam-putih, namun pada umumnya prinsip lebih umum
daripada aturan, dan aturan seringkali diberlakukan secara external (dari
luar). Misalnya begitu masuk pegawai negeri, kita diwajibkan menaati berbagai
aturan. Dan aturan-aturan itu dipersiapkan berdasarkan prinsip-prinsip
tertentu.
Slogan (Slogans)
Slogan memberikan dampak psikologis bagi
para pemangku peran (stokeholder) pendidikan, teristimewa lagi dalam bidang
politik (pendidikan). Slogan mempengaruhi emosi, aksi, pikiran dan semuanya.
Slogan dapat bersifat indikatif seperti “Mendidik masyarakat dan
memasyarakatkan pendidikan”, atau bersifat impiratif seperti “pokoknya
ajari mereka menulis”.
Difinisi (Definitions)
Definisi
bisa berfokus pada aspek linguistic, aspek substansi, atau keduanya. Dalam dua
pendidikan, jarang sekali para ahli memberi definisi dengan focus pada aspek
linguistic.
Realtivitas Bahasa
Bahasa itu memiliki kuasa! Bahwasanya cara
pandang dan cara pikir manuasia ihwal sesuatu sejauh tertentu dibentuk oleh
bahasa. Pokoknya berfikir adalah bahasa. Dalam wacana relativitas bahasa isu
yang sering dilontarkan seringkali kental dengan frase-frase seperti:
dipengaruhi oleh bahasa, bahasa memaksanya untuk, terkendala oleh bahasa, tidak
salig memahami dan sebagainya. Pertanyaannya adalah apakah ketimpangan ini
akibat dari kosa kata yang tidak seimbang antara dua bahasa? atau karena
persoalan di luar kosa kata, misalnya sintaksis? ada kesan bahwa relativitas
bahasa ini lebih terkait dengan sintaksis daripada kosa kata.
Kuasa Kosa Kata
Konsep
(kosa kata) yang ada membantu kita saat memikirkan sesuatu, tetapi tidak dapat
membantu bagaimana konsep tadi dielaborasi. Orang eskimo memiliki yang
kehidupannya banyak terkait dengan salju sehingga memiliki banyak kosa kata
tentang itu, sementara Bahasa Inggris hanya memiliki konsep ice dan snow. Perlu juga dipertimbangkan
lingkungan budaya dari orang eskimo, Orang eskimo bisa lebih lincah dan detil
saat membicarakan lingkungan hidupnya yang terkait dengan salju.
Sosiologistik sebagai Teori Menerjemahkan
Teori terjemahan mempunyai beberapa peran,
antara lain: (1) menentukan metode penerjemah yang cocok untuk mengayomi berbagai
kategori teks untuk diterjemahkan, (2) menyajikan kerangka dalil-dalil,
aturan-aturan, dan petunjuk-petunjuk praktis untuk menerjemahkan berbagai teks
dan untuk membuat kritik terjemahan, (3) menawarkan sejumlah pilihan dan
keputusan untuk diambil sewaktu menerjemahkan, dan (4) ….. berupaya menjelaskan
hubungan antara pikiran, makna dan bahasa; aspek-aspek bahasa dan tingkah laku
yang universal, kultur dan individual, pemahaman budaya ; interpretasi
teks yang mungkin terjelaskan dan bahkan terlengkapi melalui terjemahan.
Komentar
untuk Bab Bahasa
Pendidikan Relativitas Bahasa
1.
Perbedaan mendasar antara
proposisi dan pernyataan yaitu kalau proposisi merujuk pada suatu keadaan, duduk
perkara untuk kepentingan inkuire atau argrmrntasi, sementara itu pernyataan
adalah sebuah klaim ihwal suatu yang demikian adanya
2.
Prinsip lebih umum daripada aturan dan aturan
biasanya diberlakukan secara external (dari luar).
3.
Semua proses berfikir dilakukan dengan bahasa,
semua bahasa membentuk pandangan atas realitas dari penutarnya dan pandangan
atas realitas yang dibentuk oleh bahasa itu berbeda-beda.
4.
Menerjemahkan cenderung mengabaikan kemampuan
menulis dalam bahasa pada hal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan
menerjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya disini