A. Tipe Guru dalam Kelas
Semua orang setuju selain orang tua pahlawan yang bisa kita
banggakan adalah seorang guru, guru bisa di ibaratkan seorang ibu kedua bagi
muridnya. tanpa dia mungkin kita tidak bisa sepintar sekarang, walaupun pada
dasarnya manusia bisa belajar sendiri dengan menggunakan media seperti buku
atau internet, namun posisi guru di sekolah tidak bisa di gantikan, dialah yang
meluruskan kita pada saat kita salah dalam menelaah sebuah materi. Namun yang
namanya guru sama saja dengan manusia biasa, selalu ada saja kesalahan yang dia
perbuat baik itu terlihat oleh orang lain atau juga tertutupi. Sifatnya pun
berbeda - beda dengan guru lain ada guru yang baik dan juga ada guru yang agak
galak, kalau siswa sering menyebutnya dengan guru killer. Namun pada dasarnya
di balik ke galakannya guru seperti itu menuntun para muridnya agar tidak
melakukan hal yang negatif yang salah untuk keduakalinya.
Jika anda seorang guru atau
pendidik, tentunya kita perlu mengevaluasi lebih mendalam termasuk karakter
atau tipe apakah anda sebagai seorang guru. Berikut ini beberapa karakter atau
tipe guru sebagaimana yang di www.edukasi.kompasiana.com adalah:
1. Pintar
Guru yang pintar dalam mengajar dan
membimbing anak didiknya. Guru seperti ini pintar dalam melakukan tugasnya
sebagai seorang guru, juga dapat membuat anak didiknya menjadi cerdas. Guru
pintar ini dalam melakukan pembelajaran di kelas benar-benar mengasah
aspek-aspek kecerdasan siswanya secara baik.
2.
Sabar
Guru sabar
memiliki beberapa pengertian.
Pertama, sabar saat menghadapi anak
didiknya. Kedua, sabar saat menuntaskan materi pembelajaran. Ketiga,
sabar saat menghadapi permasalahan yang terjadi. Keempat, sabar dalam
melakukan aktifitas mengajarnya.
Hanya makna guru sabar sering disalahtafsirkan oleh sebagian
guru yang justru harus diluruskan.
Pertama, saat anak didiknya mencontek ia
diam saja terhadap prilaku buruk mencontek muridnya.
Kedua, Bila saat mengajar anak didiknya
ribut ia membiarkannya saja atau tidak dapat mengendalikan kelasnya.
Ketiga, bila anak didiknya berprilaku tidak
sopan ia tidak menegur atau mengingatkannya.
3.
Sadar
Guru yang sadar akan tugas dan
kewajibannya sebagai guru. Guru seperti ini selalu berinisiatif untuk
mengembangkan profesionalitasnya sebagai guru. Guru sadar ini diperintah atau
tidak diperintah oleh atasannya selalu berusaha mengambil peran untuk kemajuan
sekolahnya.
4.
Dasar
Guru yang sudah memiliki dasar sebelumnya
menjadi guru. Guru semacam ini memang menyenangi profesinya sebagai guru. Hal
ini dibuktikan dengan kecintaannya mengajar, jurusan di Perguruan Tinggi yang
dipilihnya dan pengalaman mengajarnya yang sudah dimulai sejak muda.
5.
Benar
Guru yang benar dalam melakukan
aktifitas pengajarannya. Ia menyampaikan materi yang benar, tidak asal, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Ia tidak melakukan ‘mal praktek’ mengajar misalnya
tidak melakukan kekerasan fisik saat mengajar, tidak membolos saat jadwal mengajar,
dan lain-lain.
6. Wajar
Guru
seperti ini wajar dalam bersikap dan tidak dibuat-buat. Wajar dalam memberikan
tugas (PR) kepada anak didiknya dan wajar dalam melakukan aktifitas
pengajarannya.
7.
Nyasar
Seseorang yang sejak awal tidak
berniat menjadi guru, namun karena sesuatu hal akhirnya ia menjadi guru.
Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya guru nyasar ada enam.
Pertama, karena tidak ada lagi lowongan
pekerjaan yang dapat menampungnya kecuali menjadi guru.
Kedua, karena di Indonesia ada kecenderungan
asal mau dan berani saja jadi guru dapat menjadi guru. Ia tidak peduli ijazah,
jurusan, atau sekolah yang telah ditempuhnya.
Ketiga, karena banyak sekolah yang begitu
mudah atau asal-asalan menampung atau menerima guru. Sekolah-sekolah tersebut
tidak mempedulikan pendidikan, kompetensi, keilmuan, ataupun pengalamannya.
Keempat, karena tidak menjamin bahwa
seseorang yang memiliki pendidikan sebagai guru dapat bagus dalam mengajar,
sehingga ia merasa bahwa tidak berpendidikan sebagai guru juga dapat bagus
dalam mengajar.
Kelima, salah jurusan saat mengambil
jurusan di perguruan tinggi.
Keenam, jaminan kesejahteraan menjadi guru
semakin baik terutama bila menjadi PNS Guru atau mendapatkan sertifikasi.
8. Kasar
Guru kasar ini
memiliki dua pengertian.
Pertama, guru yang
kasar dalam berbicara. Guru yang kasar dalam berbicara masih banyak ditemui
diberbagai sekolah. Bahkan penulis pun pernah mengalami curhatan dari para
siswa saat beraktifitas di sekolah menengah karena ada beberapa guru yang
sering mengeluarkan kata kasar seperti nama-nama binatang saat mengajar di
dalam kelas ataupun di luar kelas. Jelas hal ini bukanlah perilaku terpuji yang
dilakukan para guru.
Kedua, guru yang kasar
dalam berperilaku. Mungkin hal ini dilakukan karena ia memiliki badan yang
besar dan kekar, berwajah sangar, sehingga hobinya nampar.
9. Kurang Ngajar
Guru kurang
ngajar memiliki dua pengertian.
Pertama, guru tersebut
merasa jam mengajar yang dimilikinya masih kurang, sehingga ia masih ingin
menambah jam mengajarnya. Hal tersebut bisa jadi karena setiap kelebihan jam
mengajar ada ‘bonus tambahan’ yang didapat ataupun memang karena kecintaannya
ia dalam mengajar.
Kedua, setelah ia
mengajar di satu tempat ia masih merasa belum puas sehingga ia masih mengajar
kembali di tempat lainnya. Bentuknya
bisa dalam bentuk privat, bimbel, kursus, mengajar kembali di lembaga
pendidikan formal, atau yang lainnya. Hal itu bisa jadi karena kemampuan
mengajarnya baik sehingga lembaga lain memintanya untuk mengajar juga di
tempatnya. Atau karena kebutuhan hidupnya yang belum memadai, yang memaksanya
untuk mencari kegiatan mengajar yang lain di luar tempat utamanya mengajar. Ada
pula sebagian guru yang hanya sekedar mengaktualisasikan dirinya, ia mengajar
di tempat lain di luar tempat mengajarnya yang utama.
10. Makar
Guru semacam ini memiliki beberapa
pengertian.
Pertama, hobinya membicarakan kejelekan
orang lain (ghibah).
Kedua, iri atau dengki kepada kelebihan
yang dimiliki guru yang lain, apakah terkait kemampuannya mengajar, finansial
yang dimilikinya, kekayaan yang dimilikinya, perbedaan status guru yang
dimilikinya, golongan atau kepangkatan yang dimilikinya, tunjangan yang telah
didapatnya, ataupun sertifikasi yang sudah didapatkannya.
Ketiga, hobinya membicarakan kebijakan
atasannya yang dipandang tidak disukainya atau yang tidak sesuai dengan
keinginan dirinya.
11. Lapar
Guru lapar ini
bisa dimaknai dua hal.
Pertama, lapar terhadap
ilmu dan kompetensi yang harus didapatkannya. Ia selalu bersemangat untuk
mencari ilmu bukan karena sekedar meraih sertifikasi atau kenaikan pangkat.Ia
melakukannya karena untuk menuntut ilmu yang harus diraihnya. Kedua,
lapar dalam arti sesungguhnya. Ia selalu merasa lapar ingin selalu makan terus
bila sebelum atau sesudah mengajar. Bagi sebagian guru laki-laki selalu ingin
merokok bila ada kesempatan untuk merokok diluar jam mengajarnya.
12. Bayar
Guru bayar ini adalah guru yang tidak
akan mengajar kalau ia tidak dibayar. Ada pula tipe guru bayar ini ialah guru
yang sangat memperhitungkan jam mengajarnya termasuk besarnya KJM (Kelebihan
Jam Mengajar). Jadi jam mengajar dan waktu yang ia berikan harus selalu
dihitung dengan besarnya uang. Tipe
guru seperti ini sering ogah-ogahan bila mendapat kegiatan
tambahan baik kegiatan yang bersifat administratif maupun yang bersifat
pengajaran.
13. Hambar
Guru seperti
ini seperti seorang yang sedang
memasak, lalu ia tak menaburkan bumbu penyedap rasa. Tentu terasa ada sesuatu
yang kurang. Nah.. guru seperti ini sering terasa
kering, kurang semangat, dan kurang berisi keilmuan yang diajarkannya. Siswa
yang menerima informasinya pun sering
dibuat bingung ataupun tak semangat,
sehingga ketika siswa ditanyakan tentang materi yang baru disampaikannya
hasilnya siswa tidak mengerti,
14. Pasar
Guru pasar ini
memiliki beberapa pengertian.
Pertama, guru semacam
ini selalu membuat pasar kecil dengan cara berbisnis untuk berjualan kepada
guru lainnya, orangtua murid, bahkan kepada anak didiknya. Barang yang dijual
bisa bervariasi, ada yang berbentuk buku paket, LKS, kerudung, busana muslim,
atau keperluan lainnya. Membuat pasar seperti ini banyak terjadi di berbagai
sekolah apakah yang sifatnya legal ataupun ilegal. Pertanyaannya bolehkah
melakukan jual beli semacam ini? Tentu tergantung kepada item barang yang
dijualnya, legalkah bila dijual di sekolah, ataupun apah mengganggu aktivitas
utama kita dalam mengajar atau tidak.
Kedua, guru semacam
ini selalu membuat pasar kaget dengan melakukan jual beli informasi atau gosip
yang terjadi antar guru.
Termasuk tipe guru yang manakah
anda? Semoga anda termasuk guru baik yang memberikan teladan bagi para
muridnya, bukan termasuk guru yang berprilaku buruk apalagi berprilaku jahat
kepada muridnya.
B. Gaya Mengajar Guru
Dalam dunia pendidikan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum,
demikian pula dalam skala kecil yaitu tercapainya tujuan pembelajaran. Salah
factor yang dimaksud di atas adalah gaya mengajar yang dimiliki oleh guru yang.
Pada bagian ini kami akan mengetengahkan beberapa hal yang berhubungan dengan
gaya mengajar guru. Pada dasarnya gaya mengajar guru adalah bentuk penampilan
guru pada saat peoses belajar mengajar.
Gaya mengajar
dapat diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar
yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya
siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta
secara aktif. (J.J. Hasibuan dan Moedjiono, 1995:65)
Gaya mengajar yang perlu diterapkan dalam proses belajar mengajar
sebaiknya bersifat variatif, inovtif, serta mudah diterima oleh siswa dalam
penyampaian materi pelajaran. Gaya mengajar guru yang dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran menjadi bebrapa macam yaitu:
1) Gaya Mengajar Klasik
Guru dengan gaya mengajar klasik masih menerapkan
konsepsi sebagai satu-satunya cara belajar dengan berbagai konskuensi yang
diterimanya. Guru masih mendominasi kelas tanpa memberi kesempatan pada siswa
untuk aktif sehingga akan menghambat perkembangan siswa dalam proses
pembelajaran. Gaya mengajar klasik tidak sepenuhnya disalahkan manakala kondisi
kelas yang mengharuskan seorang guru berbuat demikian, yaitu kondisi kelas
dimana siswanya mayoritas pasif
2) Gaya mengajar teknologis
Gaya mengajar teknologis ini mengisyaratkan
seorang guru untuk berpegang pada berbagai sumber media yang tersedia. Guru
mengajar dengan memperhatikan kesiapan siswa dan selalu memberikan stimulan
untuk mampu menjawab stimulan untuk mampu menjawab segala persoalan yang
mempelajari pengetahuan yang sesuai dengan minat masing-masing sehingga memberi
banyak manfaat kepada diri siswa.
3) Gaya mengajar personalisasi
Guru dengan gaya mengajar personalisasi akan
selalu meningkatkan belajarnya dan juga senantiasa memandang siswa seperti
dirinya sendiri. Guru tidak dapat memasakan siswa untuk sama dengan gurunya,
karena siswa tersebut mempunyai minat, bakat, dan kecenderungan masing-masing
4) Gaya mengajar interaksional
Guru dengan Gaya mengajar interaksional lebih
mengedepankan dialogis dengan siswa sebagai bentuk interaksi dinamis. Guru dan
siswa atau siswa dengan siswa saling ketergantungan, artinya mereka sama-sama
menjadi subyek pembelajaran dan tidak ada yang dianggap baik atau sebaliknya
paling jelek.
Guru juga harus mengetahui
kecerdasan setiap siswa karena setiap siswa mempunyai kecerdasan yang
berbeda-beda. Berdasarkan penlitian yang dilakukan oleh Horward Gardner,
seorang psikolog dari Harvard University bahwa setiap manusia paling
tidak memiliki delapan “pusat
kecerdasan”, bahkan mungkin lebih. Konsep
itulah yang disebut dengan “multiple intelegence.” Teori kecerdasan
majemuk yang digagas oleh Gardner membawa angin segar bagi setiap anak dan
orang tua sekarang anak tidak hanya terpaku pada satu kecerdasan. Kecerdasan
majemuk yang dimaksud adalah kecerdaan linguistik, logis matematik,
visual-spacial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan natural.
(Najib Sulhan, 2011:145).
C.
Keperibadian Guru
Guru sebagai pendidik merupakan titik awal
masuknya pendidikan secara formal yang di alamai seseorang. Oleh karena itu
guru haruslah menjadi panutan dan sumber inspirasi oleh murid-muridnya. Hal ini
bermakna bahwa kinerja guru akan sangat berpengaruh terhadap kenierja
pendidikan secara keseluruhan. Berkaitannya dengan hal ini penampilan seorang
guru harus terwujud sedemikian rupa secara efektif sehingga dapat menunjang
dinamika dan keefektifan pendidikan dan
pengajaran. Kinerja dan penampillan guru didukung sejumlah kompetensi tertentu
yang berlandaskan kualitas kepribadian. Agar hal ini dapat diwujudkan maka
seorang guru harus mememahami hal-hal yang berkaitan dengan penampilan
kepribadian serta menguasai sejumlah kompetensi yang melandasinya.
Dalam buku psikologi guru konsep dan
aplikasi, Prof. Dr. H. Muhammad Surya (2003: 254) menyatakan bahwa:
Kepribadian seorang guru merupakan titik tumpu sebagai penyeimbang anatara
pengetahuan mengenai pendidikan dan keterampilan melaksanakan profesi sebagai
pendidik terutama dalam bidang pembelajaran. Ketika titik tumpuhh ini kuat,
pengetahuan dan keahlian bekerja secara seimbang yang berakibat pada perubahan
prilaku yang positif dalam pembelajaran, namun ketika titik tumpuh ini lemah,
yaitu guru tidak banyak membantu, maka pengetahuan dan keterampilan guru tidak
akan efektif digunakan, bahkan dapat merusak keseluruhan proses dan hasil
pendidikan.
Dengan merujuk pada karya Cavanagh, Michael E
(1982); dalam bukunya Caunseling
Experience: a Theoritical and Practice Approach ada 12 kualitas kepribadian
diri yang harus dimilikii oleh seorang guru professional, yaitu sebagai berikut:
1.
Self-Knowledge
(pengetahuan Mengenai diri sendiri, yaitu seorang guru harus mengetahui tentang
diri sendiri, apa yang sedang dilakukan, permasalahan apa yang sedang dihadapi,
dan persoalan apa yang sedan diahadapi siswanya.
2.
Competence
(Kecakapan)
Seorang guru
harus memeliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral
yang penting untuk dapat membantu klien. Kemampuan ini sangat penting begi
seorang guru, siswa yag menjadi asuhannya menginginkan dapat hidup lebih
efektif dan bahagia.
3.
Kesehatan
psikologi yang baik
Seorang guru
harus menjadi model kesehatan psikologis. Mereka harus lebih sehat dari pada
orang yang mereka temui dalam proses pembelajaran. Kesehatan psikologis yang
baik seorang guru sangatlah penting, karena akan mendasari pemahaman perilaku
dan keahlian mereka, ketika pemahaman yang didasari kesehatan positif dalam
pembelajaran.
4.
Trustworthiness
(dapat dipercaya)
Kepercayaan
sangatlah penting bagi seorang guru dengan alasan: Pertama, untuk mendorong
orang menjadi dirinya sendiri. Kedua guru tidak akan membocorkan pengakuan yang
mereka buat. Ketiga, ketika siswa mengalami kokonsistenan, penerimaan, dan
kepercayaan diri seorang guru, mereka akan mencoba untuk lebih percaya pada
dirinya sendiri.
5.
Honesty (Kejujuran)
Kejujuran yang
absolut berarti bahwa seorang guru harus transparan, dan sejati (authentic,
genuine). Karakteristik ini sangat penting, mengingat beberapa alasan pertama,
transparansi memudahkan guru dan siswanya berinteraksi sedekat mungkin, kedua,
kejujuran memungkinkan guru untuk memberikan umpang balik yang belum terpoles.
6.
Straigth (Kekuatan)
Kekuatan
merupakan titik tengah antara intimidasi dan kelemehan. Hal ini dibutuhkan bagi
seorang guru, untuk member kemungkinan siswa merasa aman. Para guru memerlukan
kekuatan dalam mengatasi serangan psikologis dan manipulasi yang dilakukan oleh
siswa. Kekuatan dapat menghilangkan anggapan guru sebagai sumber pengacau dalam
pikiran siswa.
7.
Kehangatan
Kehangatan
mempunyai makna sebagai sesuatu yang baik, perhatian, dan dapat menghibur orang
lain. Kehangatan dalam berkomunikasi biasanya secara nonverbal melalaui nada
suara, expresi mata, dan mimik wajah. Kehangatan sangatlah penting dalam
pembelajaran, karena dapat mencairkan suasana.
8.
Active
Responsiveness (pendengar yang aktif)
Guru diharapkan
mampu secara dinamis terlibat dengan proses pembelajaran, mendengarkan dengan
baiik adalah titik tengah antara hiperaktif dan kebingungan, menajdi orang yang
pasif dan ngantuk. Bagi seorang guru kualitas sangat penting, karena menunjuk
perhatian secara personal dan juga menstimulasi siswa untuk bereaksi secara
spontan pada guru.
9.
Kesabaran
Guru dapat
membangun situasi yang dapat dikemabangkan secara alami, tanpa secara permatur
memberikan gagasan pribadi, perasaan atau nilai-nilai. Kesabaran memperkenankan
seseorang dalam berkonsutasi akan menciptakan situasi yang kondisif. Para guru
tidak dapat memaksa mempercepat pertumbuhan psikologis siswa tetapi harus
membinbingnya.
10. Sensitivitas
(Kepekaan)
Sensitivitas
dalam diri guru sanga penting karena mereka harus berkominikasi dengan siswa.
Siswa yang berkomunikasi dengan guru yang mempunyai sensitivitas, akan
merasakan lebih percaya diri. Guru yang sensitive memahami bagian-bagian dasar
perasaan seseorang dan dapat mengangkat masaah-masalah ke permukaan.
11. Kebebasan
Kebebasan juga
membawa seseorang yang sedang berkomunikasi akan lebih merasakan tali
persaudaraan yang berarti apabila disertai rasa kebebasan. Satu hal yang harus
diperhatikan adalah percaya diri untuk memeilih pilihan-piihan mereka dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berepresi dengan bebas agar
mereka mampu menciptakan suasan yang aman.
12. Kesadaran
Holistik
Kesadaran
holistic guru dalam pembelajaran adalah bahwa guru menyadari keseluruhan orang
dan tidak mendekati hanya dari satu aspek saja. Namun begitu, ini tidak berarti
bahwa guru adalah seorang ahli dalam semua aspek tetapi menyadari adanya
beberapa dimensi seseorang dan bagaimana saat demensi itu saling terkait.
D. Strategi Guru
Barbara K. Given (2007) dalam bukunya Brain-Based
Teaching mengatakan bahwa Strategi adalah rencana atau tindakan pintar untuk
menyelesaikan tugas dengan membuatnya lebih muda dan lebih efektif.
Di http://www.pustakasekolah.com diyatakan
bahwa sebenarnya ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi
hal-hal berikut:
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan.
2.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan masyarakat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas
minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan
sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
E. Kepemimpinan Guru
Soekanto (2003: hal.
288) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “…kemampuan seseorang (yaitu pemimpin
atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya).
Sehingga orang lain tersebut bertingkah-laku sebagaimana dikehendaki oleh
pemimpin tersebut.”
Dari definisi di atas,
penekanan pada kemampuan mempengaruhi orang lain memiliki implikasi bahwa
seorang pemimpin haruslah mampu mempengaruhi orang lain. Jika tidak ada
kemampuan mempengaruhi maka orang itu tidak dapat dikatakan pemimpin.
Pengertian yang
dikemukakan Soekanto ini tampaknya sejalan dengan yang disebutkan oleh Charles
W. Marrified dalam Al Muchtar (2001: 251), “..kepemimpinan menyangkut bagaimana
menstimulasi, memobilisasi mengarahkan dan mengkoordinasi motif-motif dan
kesetiaan yang terlibat dalam usaha bersama.”
Floyd Ruch dalam
Gerungan (2002: hal. 129) menyebutkan tiga tugas utama pemimpin, yaitu: 1) structuring
the situation, 2) controlling group-behavior, 3) spokesman of the group.
Pada tugas yang pertama seorang pemimpin harus dapat mengkonstruksi
struktur dari situasi yang dihadapi kelompoknya secara jelas agar para
anggotanya dapat memahami situasi yang dihadapi mereka dan pada gilirannya
mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat.
Tugas kedua yang harus
dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan pengontrolan/pengendalian
perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/ organisasi dapat mencapai tujuan-tujuannya,
maka semua orang yang ada di dalamnya harus berjalan atau melakukan aktivitas
yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut. Sehingga apabila ada anggota
kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah yang ‘menyadarkan’
anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang benar.’
Tugas ketiga dari
pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di kelompoknya. Tentunya apa yang
dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu haruslah merupakan gambaran nyata
tentang kelompoknya, bukannya karangan pribadi pemimpin tersebut.
Tokoh pendidikan
nasional, Ki Hajar Dewantara sering menyebut-nyebut pepatah tradisional yang
menggambarkan tugas seorang pemimpin dalam hal ini guru (Soekanto, 2003: 292),
yaitu:
Ing ngarsa sung
tulada
Ing madya mangun
karsa
Tut wuri
handayani
Yang jika di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti berikut ini:
Di muka memberi teladan
Di tengah-tengah membangun semangat
Dari belakang memberikan pengaruh.
Pepatah ini
sudah tidak asing lagi bagi orang-orang di dunia pendidikan karena sering
diucapkan, dibahas, dan bahkan yang ketiga tut wuri handayani dijadikan
slogan resmi pendidikan. Dari ketiga baris pepatah tersebut sudah sangat jelas
bahwa menjadi seorang pemimpin apalagi di dalam kelas tidak perlu menunjukkan
kekuasaan secara berlebihan kepada para siswa dalam upaya mengarahkan mereka
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan secara cepat dan efisien dengan
mengabaikan efektivitasnya. Pemimpin di kelas hendaklah memberi teladan,
membangun semangat dan menanamkan pengaruh yang baik supaya anak memiliki
perilaku yang baik seperti yang ditetapkan dalam tujuantujuan pendidikan.
Adapun bila yang terjadi di dalam kelas anak-anak mengobrol di belakang ketika
guru menerangkan di depan, tidak berarti bahwa anak-anak tersebut salah seratus
persen. Terdapat beberapa kemungkinan yang harus diperbaiki dalam performa
mengajar kita, misalnya: kontak mata tidak menyeluruh, gaya mengajarnya tidak
menarik, atau beberapa hal lain yang bersifat teknis maupun non teknis. Oleh
karenanya guru seyogyanya melakukan refleksi/introspeksi atas apa yang sudah
dilakukan di dalam kelas sambil berupaya memberikan perbaikan atau peningkatan.
Untuk dapat tampil dengan penuh percaya diri, guru hendaklah melakukan perencanaan-perencanaan
yang matang untuk pelaksanaan KBM yang diselenggarakannya termasuk evaluasinya.
Ketika perencanaan ini juga, seorang guru dapat membayangkan kira-kira metode
apa atau gaya kepemimpinan bagaimana yang tepat diterapkan pada situasi dan
kondisi kelasnya. Bersikap ramah ketika mengajar di dalam kelas dapat
menciptakan rasa aman di kalangan murid-murid. Jika murid merasa aman dan
tenang, pembelajaran dapat dilaksanakan secara ringan, mudah dan menyenangkan.
Dalam kondisi seperti ini sangat dimungkinkan sikap positif anak baik
terhadap guru maupun pelajarannya dapat timbul. Kondisi ini pada gilirannya
dapat mendorong anak untuk belajar lebih baik lagi. Di samping itu, guru pun
dapat mengidentifikasi keadaan siswa ketika mengajar. Berikan contoh/teladan
yang baik, bangunlah semangat anak untuk belajar, serta tanamkan
pengaruh-pengaruh yang baik pada anak supaya selanjutnya mereka dapat melakukan
segala sesuatu dengan baik dan benar pula.
F. Guru yang Demokratis
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa yang sedang
membangun. Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk
selalu dilaksanakan agar suatu bangsa dapat maju dan berkembang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa upaya dilaksanakan antara
lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan kompetensi guru melalui
penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini
dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa dan terciptanya manusia
Indonesia yang berkualitas dan bermoral.
Pendidikan merupakan upaya
memperlakukan manusia untuk mencapai tujuan, perlakuan itu akan manusiawi
apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang dimiliki manusia.
1. Guru yang Demokratis
Peran
guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar adalah fasilitator belajar
kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Bahkan siswa diberikan kesempatan memberikan koreksi terhadap
guru dan gagasan murid sangat diperhatikan untuk menciptakan hubungan timbal
balik yang harmonis. Dalam gaya kepemimpinan guru seperti ini akan muncul sikap
bersahabat, terbuka, kreatif dan kerjasama.
Guru
sebagai pemimpin dalam proses pengajaran, berperan dalam mempengaruhi atau
memotivasi siswa agar mau melakukan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru
dalam mengajar menjadi mudah dan lancar, murid mudah paham dan menguasai materi
pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.
Syafarudin
Dirwan Nasution dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pembelajaran
menyatakan bahwa Pembelajaran yang demokratis adalah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberikan
bahan pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa
ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah
informasi atau pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pelajaran,
pendapat guru, dan pengalaman siswa sendiri (Syafarudin
2005: 129-130).
2. Tipe Guru
yang Demokratis
Guru
yang bersikap demokratis memiliki tipe sebagai berikut :
a. Memiliki hati nurani yang tajam, dan
berusaha mengajar dengan hati dengan wawasan yang dimilikinya;
b. Berusaha memberi ketenangan hati dan
tanpa lelah memotivasi peserta didik;
c. Memberi ruang kepada peserta didik
untuk memaksimalkan berkembangnya potensi positif pada dirinya. Figur guru
seperti ini akan selalu dikenang oleh peserta didik sepanjang masa.
3.
Hal-hal
yang Harus dimiliki Bila Ingin Menjadi Seorang Guru yang Demokratis
a. Milikilah beragam kecerdasan.
Milikilah kecerdasan emosional yang baik, milikilah kecerdasan spiritual yang
baik, milikilah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal yang baik.
Kecerdasan sangat membantu guru tampil dengan bijaksana. Langkah-langkah agar
guru memiliki kecerdasan yaitu melalui kegiatan reflektif, membaca buku untuk
meningkatkan percaya diri, pelatihan dan meningkatkan iman serta takwa kepada
Tuhan;
b. Jadilah guru biofili. Guru biofili
ketika mengajar dan melakukan tindakan dalam pola tingkah laku selalu
mengedepankan nilai-nilai dan jiwa yang hidup, dengan cinta dan kasih sayang.
Guru biofili berkarakter guru yang memiliki jiwa yang selalu hidup berdasarkan
nilai-nilai universitalitas kehidupan. Dia tidak menganggap murid bodoh, nakal,
dan stereotipe negatif terhadap muridnya, tapi dia percaya muridnya adalah
anugerah, apa adanya;
c. Jadilah guru yang mendidik dengan
hati. Terdapat enam belas pilar pendidikan dengan hati berikut, yaitu kasih
sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan,
kerjasama, saling berbagi, memotivasi, mendengarkan, berinteraksi secara
positif, menanamkan nilai-nilai moral, mengingatkan dengan ketulusan hati,
menularkan antusiasme, menjadi potensi diri, mengajar dengan kerendahan hati,
menginspirasi, dan menghormati;
d. Jadilah fasilitator dan mediator.
Paul Suparno (2003) menyebutkan bahwa guru demokratis lebih membantu siswa agar
siswa aktif belajar dan menemukan pengetahuan mereka. Guru merangsang siswa
belajar, mendukung, memberikan motivasi, memantau dan mengevaluasi yang
ditemukan siswanya. Guru demokratis akan bahagia bila siswa aktif, mempunyai
macam-macam kreativitas, siswa mempunyai gagasan brilian yang mungkin saja
berbeda dengan gagasan guru. Nilai bukan monopoli guru, kebenaran bukan
monopoli guru, tetapi milik bersama, hasil pencarian bersama secara rasional.
e. Ajarkan murid berpikir kritis.
Bantulah murid untuk berpikir kritis, memang menghapal pada tahap awal memang
baik, tapi guru harus menekankan pada berpikir. Guru membantu murid lebih
berpikir sendiri dan bukan hanya membebek dengan apa yang dikatakan guru.
Raths
et al (1986) dalam Paul Suparno menjelaskan bahwa langkah awal menjadi guru
yang mengajarkan murid kritis adalah mendengarkan gagasan dan pemikiran murid,
menerima ide dan gagasan siswa termasuk yang dianggap aneh dan tidak tepat.
Tugas selanjutnya, murid yang lain mengkritisi ide tersebut, guru harus mampu memupuk keyakinan
bagi dirinya agar dapat menjadi GURU bagi muridnya. Terakhir guru memberikan
feedback yang memajukan pemikiran siswa, bukan mematikan ide dan gagasannya.
Sehingga
anak didik nantinya dapat berkembang menjadi pribadi dan warga yang lebih
demokratis (Suparno, 2004)
Dengan
pendekatan pembelajaran yang lebih demokratis cukup mendesak untuk
diimplementasikan di kelas, setidaknya berdasarkan tiga alasan.
1. Kenyataan bahwa guru bukan
satu-satunya sumber belajar. Dalam era globalisasi informasi sekarang, tidak
bisa dimungkiri, akses terhadap berbagai sumber informasi menjadi begitu luas;
televisi, radio, buku, koran, majalah, dan internet. Saat berada di kelas,
siswa telah memiliki seperangkat pengalaman, pengetahuan, dan informasi. Semua
ini bisa sesuai dengan bahan pelajaran, bisa juga bertentangan. Pembelajaran
yang demokratis memungkinkan terjadinya proses dialog yang berujung pada
pencapaian tujuan intrusional yang ditetapkan. Tanpa demokrasi di kelas guru
akan menjadi penguasa tunggal yang tidak dapat diganggu gugat. Siswa terkekang,
dan akhirnya potensi kreativitasnya terbunuh.
2. Kompleksnya kehidupan yang bakal
dihadapi siswa setelah lulus. Masa depan menuntut mereka mampu menyesuaikan
diri. Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning
how to learn). Artinya, di kelas target pembelajaran bukan sekedar penguasaan
materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri)
untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa
telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani
bereksperimen.
G. Guru sebagai
Pengajar atau Pembelajar
Dari penelusuran dalam kamus-kamus kontempoler
yang dilakukan oleh H. Douglas Brown (2007) menunjukkan bahwa pembelajaran adalah
‘penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah
keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Lebih lanjut H.
Douglas Brown dalam bukunya yang berjudul Prinsip pembelajaran dan pengajaran
bahasa menyatakan bahwa seorang psikologis pendidikan mendefinisikan pembelajaran
lebih padat lagi sebagai ‘sebuah perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan
oleh pengalaman’ (slevin, 2003, dalam H. Douglas Brown (2007), h. 8). Begitu
pula pengajaran, yang tersirat dalam difinisi pertama pembelajaran, bisa
difinisikan seagai ‘menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara
melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu,
menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham’.
Jika kita memilih-milih komponen definisi tentang
pembelajaran, kita bisa mendapat berbagai domain peneitian dan penyelidikan
sebagaimana yang diungkapkan oleh H. Douglas Brown berikut ini:
1. Belajar adalah
menguasai atau ‘memperoleh’.
2.
Belajar adalah mengigat-ingat informasi
atau keterampilan.
3.
Mengingat-ingat itu melibatkan
system penyimpanan, memori, organisai kognetif
4.
Beajar melibatkan perhatian
aktif-sadar pada dan tindakan menurut peristiwa-peristiwa di luar serta di
dalam organism.
5. Belajar itu relative
permanen tetatpi tunduk pada lupa
6.
Belajar melibatkan pelbagai bentuk
latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan imbalan dan hukuman.
7.
Belajar adalah sebuah perubahan
dalam prilaku.
Pengajaran tidak bisa
didefiniksikan terpisah dari pemebelajaran. Pengajaran adalah memandu dan
menfasilirtasi pembelajaran, memungkinkan pembeajaran untuk belajar, menetapkan
kondisi-kondisi pembelajaran. Dengan kata lain, teori mengajar adalah teori
anda tentang pembelajaran yang ‘dibalik’.
Menurut Dewi S.
Prawiradilaga (2007) dalam bukunya yang berjudul Prisip Desain Pembelajaran,
pengajar merupakan istilah umum untuk seseorang ahli yang berprofesi sebagai
guru, pendidik, dosen, instruktur, widyaiswara, pelatih, fasilitator. Namun,
dalam konteks ini penulis akan mempersempit lingkup dari pembelajar, yaitu
hanya untuk seorang guru.
1.
Karakteristik Guru Sebagai Seorang
Pembelajar
Seorang pembelajar harus memiliki karakteristik
atau sifat-sifat khas yang diperlukan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang pembelajar yaitu:
a. Kematangan diri yang stabil
Seorang pemelajar harus mampu peserta didiknya,
serta harus dapat memahami nilai-nilai kemanusian yang berkembang dalam lingkungannya.
Sebelum memehami orang lain seseorang harus dapat memahami dirinya sendiri
terlebih dahulu. Untuk itu dia harus memiliki kematangan diri yang stabil agar
mampu memahami diri sendiri dan peserta didiknya.
b. Kematangan sosial yang stabil
Seorang pemelajar harus memiliki jiwa sosialitas
yang tinggi, sehingga mampu menjalin kerja sama dengan masyarakat. Serta
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai masyarakat sekitarnya. Sebab pada
dasarnya segala pengalaman belajar yang akan diberikan pada peserta didik harus
sesuai dengan nilai-nilai social yang berkembang pada masyarakat sekitar, agar
kelak peserta didik dapat mengaplikasikan segala pengalaman belajar yang ia
terima kepada masyarakat sekitarnya.
c. Kematangan professional
Seorang pemelajar harus memiliki kemampuan untuk
mendidik, artinya harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang latar belakang
dan perkembangan anak didiknya. Sebab pada dasarnya setiap anak didik terlahir
dengan kepribadian dan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang
terlahir dengan kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan yang tinggi, namun di
samping itu ada juga anak yang terlahir dengan kemampuan belajar yang rendah,
atau bisa dibilang di bawah rata – rata.
Anak yang terlahir dengan kemampuan belajar yang
rendah sering kali mengalami kesulitan dalam belajar seperti halnya kesulitan
dalam memahami sesuatu, kesulitan dengan angka atau perhitungan, sukar untuk
mengingat atau bahkan tidak bisa berkonsentrasi. Selain itu ada pula
yang mengalami problem presepsi dan motorik yang menghambat mereka dalam meraih
prestasi yang maksimal dalam belajar. Untuk itu seorang pemelajar harus
mengetahi cara-cara mendidik yang tepat dan sesuai dengan kemampuan anak
didiknya.
2. Tugas
Guru Sebagai Seorang Pembelajar
Seorang pembelajar
dimanapun dia mengajar, memiliki tugas untuk menyajikan ilmu yang dimilikinya
kepada peserta didik. Tugas pembelajar dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Tugas
pembelajar sebagai profesi yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Mengajar dan Mendidik
sekilas tampak sama saja, namun sebenarnya kegiatan mengajar lebih ditekankan
pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mengajar lebih ditekankan pada
pembentukan manusia, artinya penanaman sikap dan nilai-nilai kemanusian. Jadi
tanggung jawab guru atau seorang pembelajar tidak sebatas mengajar, namun juga
harus dapat mendidik dan melatih siswanya.
b. Tugas
pembelajar dalam bidang kemanusiaan
Seorang pembelajar harus
dapat memotivasi anak didiknya dalam belajar, selain itu harus dapat menjadi
sahabat atau kawan belajar baginya. Bukan malah menjadi musuh yang menakutkan
untuk anak didiknya, sebab biasanya ketika pembelajar mampu menarik perhatian
anak didiknya, disaat itulah ada peluang besar untuk memanipulasi kegiatan
belajar menjadi kegiatan yang menyenangkan. Jadi seorang pembelajar harus mampu
menyajikan materi belajar sebaik mungkin, sehingga menarik perhatian para
peserta didik.
c. Tugas
pembelajar dalam bidang masyarakat
Pembelajar pada hakekatnya merupakan komponen
strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan
bangsa, yaitu mencerdakan kehidupan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berdasarkankan pancasila. Jadi segala pengelaman belajar uang
diberikan oleh pembelajar hendaknya sesuai degan tujuan nasional bangsa, yaitu
membentuk karakteristik bangsa Indonesia yang utuh, yang memiliki jiwa
pancasilais.
3. Peran Guru Sebagai Seorang Pembelajar
3. Peran Guru Sebagai Seorang Pembelajar
Peran pembelajar tidak
hanya sebatas sebagai sumber belajar atau pengajar yang memberikan materi ajar
kepada peserta didiknya saja, namun peranan pembelajar dapat dirinci lebih luas
lagi, diantaranya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Peran
pembelajar dalam proses belajar mengajar
Peranan dan kompetensi guru dalam proses
belajar mengajar meliputi banyak hal, dan yang dianggap paling dominan,
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Sebagai
demonstrator
Melalui peranannya sebagai
seorang demonstator, pemelajar harus mampu menguasai materi atau bahan
pelajaran yang akan diajarkannya kepada peserta didik. Selain itu harus mampu
dan terampil dalam menjelaskan materi ajarnya dengan cara yang professional,
sehingga peserta didik dapat menerima, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk menjadikan proses
pembelajaran lebih terarah, maka seorang pemelajar harus mampu merumuskan
kurikulum, satuan pelajaran, dan racangan pelaksaan pembelajaran, yang akan
menjadi pendomannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
2) Sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai
pengelola kelas (learning manager. Pembelajar harus ampu mengelola kelas
sebagai lingkungan yang kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar mengajar.
Lingkungan ini harus diorganisasi (diatur dan diawasi) agar kegiatan-kegiatan
belajar bisa lebih terarah kepada tujuan pendidikan. Tujuan umum pengelolaan
kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas unuk bermacam-macam
kegiatan belajar dan menngajar agar mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan
tujuan khususnya adalah utnuk mengembangkan kemampuan dan kreatifitas siswa
dalam menggunakan media-media belajar yang tersedia, dengan cara membuat
kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk dapat bekerja dan belajar dengan
menggunakan media-media tersebut, serta membantu peserta didik dalam mencapai
hasil yang diharapkan.
3) Sebagai
mediator dan Fasilitator
Sabagai mediator seorang
pembelajar hendaknya mamiliki keterampilan dalam memilih, menggunakan dan
mengusahakan media belajar yang sesuai dengan tujuan, materi, dan evaluasi
pembelajaran. Sealin itu pembelajar harus memiliki keterampilan berkomuikasi,
sebab seorang mediator adalah seorang perantara dalam hubungan antarmanusia.
Sedangkan sebagai fasilitator, pembelajar hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar.
4) Sebagai
elevator
Seperti yang kita ketahui
segala sesuatu hal dapat dikatan sudah sesuai atau belum dengan diadakannya
evaluasi. Begitu pula dengan pendidikan, adanya evaluasi terhadap hasil yang
telah dicapai oleh peserta didik ataupun pendidinya. Dengan adanya evalusi,
pembelajar dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran,
penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disajikan, serta ketepatan
atau keefektifan metode belajar yang digunakan. Hasil dari evaluasi inilah yang
akan menjadi umpan balik yang akan dijadiakan titik tolk utntuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya untuk memperoleh hasil yang
lebih optimal.
b. Peran
pembelajar dalam pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan
kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut :
1. Pengambilan
inisiatif , pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.
2. Wakil masyarakat, yang dapat menyalurkan
kemauan masyarakat (dalam arti yang baik).
3. Penegak
disiplin
4. Untuk memperlancar kegiatan pendidikan,
maka pembelajar harus mampu melaksakan kegiatan administrasi.
5. Orang yang berpengetahuan, artinya ahli
dalam mata pelajaran yang hendak ia sampaikan. Sebab pembelajar bertanggung
jawab dalam mewariskan kebudayaan (pengetahuan) kepada peserta didiknya, guna
mempersiapkanmereka untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
c. Peran
pembelajar secara pribadi
Dilihat dari segi pribadi
atau dirinya sendiri, pembelajar harus berperan sebagai:
1.
Petugas sosial yang dapat membantu
kepentingan masyarakat.
2.
Pelajar dan ilmuwan, walaupun
pembejar telah berperan sebagai pendidik, namun pembelajar harus terus menuntut
ilmu pengetahuan guna mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Jadi selain
berperan sebagai ilmuwan, pembeljar juga berperan sebagai pelajar.
3.
Orang tua, yaitu mewakili orang
tua murid di sekolah dalam memberi pendidikan kepada anaknya. Pembelajar
merupakan orangtua siswa di sekolah.
4.
Teladan, artinya pembelajar harus
mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.
5.
5. Pencari keamanan, maksudnya
senatiasa memberikan rasa aman bagi peserta didiknya. Dalam hal ini menjadi
tempat berlindung dan bernaung.
d. Peran
pembelajar secara psikologis
Secara psikologis guru memiliki peran sebagai berikut :
1. Ahli psiklogi pendidikan yang mampu
melaksanakan tugasnya berdasarkan prisip-prisip psikologi.
2.
Artist in human relation, yaitu
orang yang mampu menciptakan hubungan antar manusia dengan tujuan dan teknik
tertentu dalam kegiatan pndidikan.
3.
Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai
aspirasai dalam pembaharuan.
4.
Petugas kesehatan mental yang
dapat membina kesehatan mental peserta didik.
H. Rangkuman
Ada beberapa karakter atau tipe guru, diantaranya: pintar, sabar, sadar,
dasar, benar, wajar, nyasar, kasar, kurang ngajar, makar, lapar, bayar, hambar,
pasar.
Gaya mengajar
adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat
kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu.
Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang
disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil
belajar mengajar
Gaya mengajar guru yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran menjadi bebrapa macam yaitu:
1.
Gaya mengajar klasik
2.
Gaya mengajar teknologis
3.
Gaya mengajar personalisasi
4.
Gaya mengajar interaksional
Kepribadian seorang guru merupakan titik tumpu
sebagai penyeimbang anatara pengetahuan mengenai pendidikan dan keterampilan
melaksanakan profesi sebagai pendidik terutama dalam bidang pembelajaran.
Ketika titik tumpuhh ini kuat, pengetahuan dan keahlian bekerja secara seimbang
yang berakibat pada perubahan prilaku yang positif dalam pembelajaran, namun
ketika titik tumpuh ini lemah, yaitu guru tidak banyak membantu, maka
pengetahuan dan keterampilan guru tidak akan efektif digunakan, bahkan dapat
merusak keseluruhan proses dan hasil pendidikan.
Balam
bukunya Caunseling Experience: a Theoritical and Practice Approach ada
12 kualitas kepribadian diri yang harus dimilikii oleh seorang guru
professional, yaitu sebagai berikut:
1.
Self-Knowledge (pengetahuan Mengenai diri
sendiri)
2.
Competence (Kecakapan)
3.
Kesehatan psikologi yang baik
4.
Honesty (Kejujuran)
5.
Trustworthiness (dapat dipercaya)
6.
Straigth (Kekuatan)
7.
Kehangatan
8.
Active Responsiveness (pendengar yang aktif)
9.
Kesabaran
10. Sensitivitas
(Kepekaan)
11. Kebebasan
12. Kesadaran
Holistik
Strategi adalah rencana atau tindakan pintar
untuk menyelesaikan tugas dengan membuatnya lebih muda dan lebih efektif.
Sebenarnya
ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2.
Memilih sistem pendekatan belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan masyarakat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan
teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar
yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Kemampuan guru untuk
mempengaruhi para siswa supaya melakukan pembelajaran dengan baik adalah suatu
keharusan. Oleh karenanya, guru profesional hendaklah selalu berupaya untuk
meningkatkan kepemimpinannya dengan mengetahui tugas-tugas utama yang dilakukan
pemimpin, fungsinya, dan keterampilan-keterampilan apa yang harus dimiliki
untuk menjadi pemimpin yang baik. Dengan penguasaan hal-hal tersebut,
diharapkan guru profesional dapat benar-benar memimpin siswa mencapai
tujuan-tujuan pendidikan. Menjadi pemimpin tidak hanya harus selalu berada di
depan (front leader), bisa saja di tengah (social leader) maupun
di belakang (rear leader).
Pembelajaran
yang demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi dua
arah antara guru dan siswa.
Guru
yang bersikap demokratis memiliki tipe sebagai berikut :
a. Memiliki hati nurani yang tajam, dan
berusaha mengajar dengan hati dengan wawasan yang dimilikinya;
b. Berusaha memberi ketenangan hati dan
tanpa lelah memotivasi peserta didik;
c. Memberi ruang kepada peserta didik
untuk memaksimalkan berkembangnya potensi positif pada dirinya. Figur guru
seperti ini akan selalu dikenang oleh peserta didik sepanjang masa.
Guru memang harus berwibawa baik
secara akademik maupun moral, serta guru harus bisa menjadi fasilitator dan
motivator sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru
harus mendorong siswa menyampaikan gagasannya dan menghargainya.
Apapun pendapat siswa guru harus bisa memberikan apresiasi
secara positif terhadap siswa diharapkan berangsur-angsur siswa terbiasa
berpikir akatif dan berani mengemukakan pendapatnya di kelas.
Pembelajaran
adalah ‘penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau
sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Seorang
psikologis pendidikan mendefinisikan pembelajaran lebih padat lagi sebagai
‘sebuah perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman’. Begitu
pula pengajaran, yang tersirat dalam difinisi pertama pembelajaran, bisa
difinisikan seagai ‘menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara
melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu,
menyiapkan pengetahuan, menjadikan tahu atau paham’.
Seorang pembelajar harus
memiliki karakteristik atau sifat-sifat khas yang diperlukan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang pembelajar yaitu:
a.
Kematangan diri yang
stabil
b.
Kematangan sosial yang
stabil
c.
Kematangan professional
Seorang pembelajar
dimanapun dia mengajar, memiliki tugas untuk menyajikan ilmu yang dimilikinya
kepada peserta didik. Tugas pembelajar dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.
Tugas pembelajar
sebagai profesi yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
b.
Tugas pembelajar
dalam bidang kemanusiaan
c.
Tugas pembelajar dalam bidang masyarakat
Peran pembelajar tidak
hanya sebatas sebagai sumber belajar atau pengajar yang memberikan materi ajar
kepada peserta didiknya saja, namun peranan pembelajar dapat dirinci lebih luas
lagi, diantaranya akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Peran pembelajar
dalam proses belajar mengajar
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
meliputi banyak hal, dan yang dianggap paling dominan, diklasifikasikan sebagai
berikut:
1)
Sebagai demonstrator
2)
Sebagai pengelola kelas
3)
Sebagai mediator dan Fasilitator
b. Peran pembelajar dalam pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang
guru dapat berperan sebagai berikut :
1)
Pengambilan inisiatif, pengarah,
dan penilaian kegiatan pendidikan.
2)
Wakil masyarakat, yang dapat
menyalurkan kemauan masyarakat (dalam arti yang baik).
3)
Penegak disiplin
4)
Untuk memperlancar kegiatan
pendidikan, maka pembelajar harus mampu melaksakan kegiatan administrasi.
5)
Orang yang berpengetahuan, artinya
ahli dalam mata pelajaran yang hendak ia sampaikan. Sebab pembelajar
bertanggung jawab dalam mewariskan kebudayaan (pengetahuan) kepada peserta
didiknya, guna mempersiapkanmereka untuk menjadi anggota masyarakat yang
dewasa.
c. Peran pembelajar secara pribadi
Dilihat dari segi pribadi atau dirinya sendiri, pembelajar
harus berperan sebagai:
1)
Petugas sosial yang dapat membantu
kepentingan masyarakat.
2)
Pelajar dan ilmuwan, walaupun
pembejar telah berperan sebagai pendidik, namun pembelajar harus terus menuntut
ilmu pengetahuan guna mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Jadi selain
berperan sebagai ilmuwan, pembeljar juga berperan sebagai pelajar.
3)
Orang tua, yaitu mewakili orang
tua murid di sekolah dalam memberi pendidikan kepada anaknya. Pembelajar
merupakan orangtua siswa di sekolah.
4)
Teladan, artinya pembelajar harus
mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya.
5)
Pencari keamanan, maksudnya
senatiasa memberikan rasa aman bagi peserta didiknya. Dalam hal ini menjadi
tempat berlindung dan bernaung.
d. Peran pembelajar secara psikologis
Secara psikologis guru memiliki peran
sebagai berikut :
1)
Ahli psiklogi pendidikan yang
mampu melaksanakan tugasnya berdasarkan prisip-prisip psikologi.
2)
Artist in human relation, yaitu
orang yang mampu menciptakan hubungan antar manusia dengan tujuan dan teknik
tertentu dalam kegiatan pndidikan.
3) Catalytic agent,
yaitu orang yang mempunyai aspirasai dalam pembaharuan.
I. Soal (Essai
5 Nomor)
1. Sebutkan dan jeaskan sekurang-kurannya 5 karakter atau
tipe guru. !
2. Balam buku Caunseling Experience: a
Theoritical and Practice Approach ada 12 kualitas kepribadian diri yang
harus dimilikii oleh seorang guru professional, sebutkan ke 12 kualitas
kepribadian diri tersebut. !
3. Apa yang dimaksud dengan gaya mengajar guru
?
4.
Jelaskan perbedaan dan kesamaan antara
Pengajaran dan Pembelajaran. !
5. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan guru ?
DAFTAR PUSTAKA
Al
Muchtar, S. (2001). Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar
Pustaka Mandiri.
Ali Riyadi,
Ahmad (2011). Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jogjakarta : IRCiSoD
Brown,
H. Douglas. (2007), Diterjemhkan oleh Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom. Prinsip
Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Jakarta, Pearson Education, Inc
Gerungan, W.A. (2002). Psikologi
Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Given, Barbara
K. , (2007), Brain-Based Teaching. Bandung, PT. Mizan Pustaka.
Hasibuan, J.J, Moedjiono. (1995). Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta:
PT Radja Grafindo Persada
Sulhan, Najib. (2011). Karakter Guru Masa
Depan, Sukses dan Bermartabat. Surabaya: PT. Jaring Pena.
Surya Mohammad. (2013). Psikologi Guru
Konsep dan Aplikasi dari guru, untuk guru. Bandung, Alpabeta.
Syafarudin Dirwan Nasution (2005). Manajemen
Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya disini